Pengalaman KB Alami Setelah Melahirkan
Hm.. nggak nyangka bakal nulis tentang KB alami. Hehehe. Sebelumnya, apa
sih KB alami itu? KB alami adalah salah satu metode yang bisa dipilih oleh
pasangan suami istri, khususnya bagi sang istri, yang tidak mau tubuhnya
dimasuki benda asing, tidak cocok memakai alat kontrasepsi, atau takut dengan
efek sampingnya.
Di Indonesia, kita mengenal ada beberapa metode KB menggunakan alat
kontrasepsi seperti pil KB, KB suntik, dan KB Spiral atau IUD. Ada juga yang
memakai KB susuk atau implan.
Banyak banget desas-desus yang aku dengar setelah melahirkan mengenai
berbagai alat kontrasepsi ini, terutama mengenai efek sampingnya.
Kalau yang pil KB, banyak yang bilang, “aduh,
jangan deh, bil! Nanti kayak aku lho, wajahku jadi makin hitam. Badanku juga
makin gendut! Pengaruh ke hormon juga!”
KB Suntik? Gak kalah heboh, “duh,
gara-gara KB suntik bil, badanku jadi mekar kayak gini!”
Kalau KB spiral atau IUD? Bulekku memberi testimoni seperti ini, “Sakit sih, Bil awalnya. Nanti suamimu juga
ngerasa sakit, tapi ya di awal-awal aja.”
Biar nggak salah paham dan parno duluan, aku memutuskan untuk diskusi sama
suami dan orang tua. Jujur saja, kalau aku nggak sreg KB dengan ketiga alat
kontrasepsi di atas. Pertama,
khawatir pengaruh ke hormon. Kedua,
membayangkan ada benda asing (khususnya yang IUD) masuk ke tubuh aja udah bikin
aku begidik. Di cek pembukaan ama suster aja aku udah girap-girap weheheh.
Meskipun aku tau efek samping alat kontrasepsi itu dong-dongan, artinya
dampak yang terlihat di satu perempuan belum tentu dialami ama yang lain.
Misalnya saja, ada kok yang pakai pil KB dan tidak gendut, wajahnya tetep
berseri. KB IUD yang katanya juga paling aman dan efektif menunda kehamilan, di
ibuku, memberi efek di kesuburannya. Kata dokter kandungan ibuku beberapa tahun
lalu, ada kemungkinan penyebab ibu susah hamil anak kedua karena terlalu lama
menggunakan IUD.
Berikut aku beri beberapa link wawasan dari alodokter.com yang menurutku
memberi info yang cukup baik sebagai permulaan untuk memilih KB dengan alat
kontrasepsi. Untuk memutuskan, perlu lihat kondisi diri dan konsultasi ama
dokter juga ya.
Macam-macam KB: https://www.alodokter.com/memilih-alat-kontrasepsi
KB dengan Pil KB: https://www.alodokter.com/ingin-tahu-efek-samping-pil-kb
KB Alami Tanpa Kontrasepsi
Kalau sudah ngomongin KB alami, mungkin bakal banyak yang pesimis. Resiko gagal lumayan besar, nggak sanggup disiplin, dan lain sebagainya. Memang, menurutku yang
paling penting dari KB alami adalah disiplin pasangan.
Disiplin dalam hal apa nih? Hahaha, mari kita bahas.
Metode KB Alami yang umum digunakan oleh para pasangan adalah pertama, dengan
metode kalender yakni dengan menghitung masa subur dengan kalender. Aku jelas
gak cocok dengan metode ini karena aku males! Hahaha. Nggak juga ding, aku
selalu gagal mengecek masa subur dengan kalender. Terbukti saat promil anak
pertama, metode kalender bolak balik gagal. Aku susah paham masa suburku hiks.
Kedua, metode ejakulasi di luar vagina yang bertujuan untuk
mencegah sperma bertemu dengan sel telur. Ketiga,
metode kondom lelaki yang juga banyak dilirik lantaran mudah, ampuh, banyak
pilihan (merk maksudnya haha), dan lain-lain. Kelemahannya? Konon katanya
mengurangi “kenikmatan” dan malu kalo pas beli.
Selain ketiga KB itu, sebetulnya ada 2 metode KB alami yang menurutku cukup
ampuh. Terbukti di aku sih, sampai pada akhirnya kebobolan anak kedua karena
aku salah baca data.
Hah, data apa? Terus scroll ke bawah deh, nanti ketemu jawabannya.
Metode KB Alami dengan Menyusui
Sekitar 2 atau 3 bulan setelah SC, dokter SpOG menyatakan bahwa rahimku
sudah kembali ke ukuran normal, semuanya baik dan tidak ada kendala apapun mengenai
kondisi kesehatan, dan akupun ditawari kapan mau pasang KB IUD.
Aku menolak halus. Setelah diskusi dengan suami dan ortu, kami memutuskan
bahwa KB alami saja. Aku dan suami nggak mau ambil resiko efek samping alat
kontrasepsi yang mungkin bisa diluar kendali, mengingat aku punya beberapa
kondisi khusus dan takut ngefek ke hormon. Sebetulnya sempat sih suami saranin
untuk pakai IUD. Tapi setelah nonton Deadpool 2, saat Vanessa nunjukin IUD nya
ke Wade Wilson, suamiku sempet berbisik,
“Itu apa, Be?”
“Yo iku IUD! Kamu bisa bayangin ta alat
kayak gitu masuk *****ku?? Kamu tega ta??”
Wajah suamiku jadi tegang dan dia akhirnya jawab, “hehe iyo ojok wes.”
Akupun mendiskusikan opsi KB alami dengan dokterku. Alhamdulillah, dokter
SpOG ku memberi wawasan yang baik mengenai metode KB alami dengan menyusui. Ada
beberapa catatan dokter yang aku pegang agar KB alami dengan menyusui ini
berhasil, yakni:
1. Menyusui dengan baik dan benar. Perlu memerhatikan pelekatan, posisi
menyusui, dan lain-lain.
2. Tidak menggunakan botol dot. Sebab, memang botol dot beresiko bikin
bingung puting dan mengacaukan posisi pelekatan bayi ke payudara ibu.
3. Menyusui secara eksklusif sampai 6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun.
Dokter bilang, metode ini bisa menunda haid dan berfungsi pula sebagai KB
alami kurang lebih 6 bulanan gitu. Kebetulan, aku nifasnya pas 40 hari dan
setelah nifas aku nggak kunjung haid, bahkan ketika Mahira sudah selesai ASIX
di usia 6 bulan, aku juga masih nggak haid juga. Aku baru haid ketika Mahira
usia 9 bulanan gitu.
Baca juga: Panduan Sukses Menyusui
Nah, tapi jangan terkecoh dengan haid juga ya. Ada juga sih, yang ngerasa
belum haid beberapa bulan setelah melahirkan eh tau-tau udah hamil lagi!
Kalau aku, metode KB alami dengan menyusui ini aku kombinasikan dengan yang di bawah ini.
Metode KB Alami dengan Ovutest
Udah pernah denger Ovutest? Eh, sepertinya perlu aku tulis dulu disini
bahwa tulisan ini bukan sponsored post ataupun untuk lomba ya. Ini murni
pengalamanku dalam menggunakan produk.
Awalnya aku denger Ovutest dari temenku yang sudah nikah dan hamil lebih
dulu daripada aku. Aku sempat main ke kosannya dan buka-buka testpacknya. Nah,
kebetulan dia pakai testpack Sensitif dan di dalamnya, ada pengenalan beberapa
produk selain test pack, salah satunya adalah Ovutest yang berbentuk Scope dan
Strip (kayak testpack gitu).
![]() |
Ovutest Scope |
![]() |
Ovutest strip |
Aku menggunakan Ovutest perdana ini untuk hamil anak pertama. Harga Ovutest
strip sekitar 20-25 ribuan dan biasanya ada di apotek Kimia Farma, K-24, dan
Guardian. Karena sepertinya tahun 2015 dulu produk ini belum banyak yang pakai,
di Jogja masih jarang aku temui ada apotek yang jual Ovutest strip. Kebanyakan
gak jual atau habis stoknya.
Tadi di atas aku sempet bilang kalau aku nggak cocok pakai metode kalender.
Ini terbukti saat aku menggunakan Ovutest. Menurut kalender dan perhitungan
(diajarin dokter) sudah masa subur, tapi di Ovutest masih negatif. Samar aja
kagak. Saat itu aku sempet mengeluh, “duh, di testpack kehamilan negatif. Masa
di tes kesuburan juga negatif melulu…”
Hingga akhirnya aku dapet momen positif itu di Ovutest. Kalau pakai strip,
bisa terlihat dengan adanya 2 garis, persis kalau kita lagi pakai test pack. Dan akhirnya… bulan depannya aku positif hamil anak pertama. Wow, lumayan akurat
juga kinerja Ovutest ini.
Setelah melahirkan, aku pikir Ovutest juga bisa digunakan untuk mencegah
kehamilan. Kuncinya ada di mengetahui masa subur. Nah, kelemahannya memang
bakalan ribet karena harus ngecek dulu sebelum berhubungan, ini lagi masa subur
atau enggak. Tapi biar gak ribet, metode ini bisa dikombinasikan ama kalender (atau aplikasi), misalnya kita sudah yakin ada beberapa hari yang sudah pasti gak subur trus
bisa dikroscek lagi dengan Ovutest.
Saat aku konsultasikan dengan dokter SpOG, beliau juga mengiyakan bahwa
alat tes kesuburan ini bisa menjadi salah satu metode KB alami tanpa
kontrasepsi.
Keberhasilannya gimana?
Ya asal disiplin dan bisa baca data, aku yakin berhasil. Disiplin artinya
ya baik suami maupun istri harus bisa sama-sama mengendalikan diri dan
komitmen, kalau masa subur hindari dulu berhubungan. Atau berhubungan pada masa subur, tapi "keluarin di luar" atau memakai kondom.
Sementara, bisa baca data disini maksudnya bisa membaca tanda yang keluar di Ovutest baik
yang strip maupun yang Scope. Aku kebetulan punya keduanya dan pernah pakai keduanya. Kalau di Ovutest
Scope, ada panduannya di dalam box untuk melihat masa subur dan tidak subur. Sebaiknya, Ovutest Scope dipakai paling tidak 15 menit sebelum berhubungan. Nggak bisa langsung, soalnya nunggu air liurnya kering dulu di alatnya.
Oh iya, Ovutest Scope ini punya beberapa keunggulan diantaranya bisa
dipakai selamanya, kalau baterai habis tinggal beli aja di toko, dan mudah
digunakan karena mengecek kesuburan dengan menggunakan air liur. Kekurangannya
adalah pricey, harganya sekitar 200 ribuan. Tapi ya worthy sih
kalau dipakai seumur hidup ataupun untuk promil. Kemudian agak ribet di baca
datanya, karena harus mendekatkan mata ke alatnya gitu, macam kalau lihat di
mikroskop. Menurutku, alat Ovutest Scope ini udah kayak mikroskop mini hehehe.
(Btw, update dikit, tahun 2020 lalu aku membeli ovutest baru karena punyaku yang lama rusak, habis dibanting anak. Jadi, penggunaan seumur hidup itu ada syarat dan ketentuan berlaku sesuai kondisi keluarga masing-masing. hehehe.)
Nah, kalau data di strip, harus sabar ngelihatnya, mungkin sekitar 3-5
menit ya. Karena, kadang positif atau garis yang menunjukkan kalau lagi masa
subur itu bisa muncul belakangan dan samar. Ovutest strip ini mungkin oke kalau buat coba-coba aja, tapi, kalau jangka panjang sebaiknya beli yang scope sekalian.
Aku pernah, nih, salah baca data di Ovutest Strip.
Saat aku tes, aku pikir ya negatif karena cuma satu garis saja. Entah saat itu
mataku yang memang lagi siwer, Ovutestnya yang lagi bercanda dan pengen main
petak umpet, atau memang kehendak Allah, pas aku cek besoknya kok ada 2 garis
yaaa… mungkin ada satu garis samar yang kurang terlihat pada saat aku mengecek. Pas itu aku mulai feeling kalau ada potensi hamil di bulan depannya. Dan
bener aja, hamil lagi anak kedua! Hehehe.
Meski demikian, buatku KB alami ini tidak gagal. Sebab, dari awal memang
aku dan suami sudah niat menggunakan KB alami dan dengan tetap berpasrah kepada
Allah. Kami bisalah berusaha dan berencana, tapi kami juga nggak kepengen mengingkari
kehendakNya kalau memang Allah berkenan untuk nitipin amanah lagi ke aku dan
suami.
Selain itu, saat aku hamil, anak pertamaku sudah berusia 20 bulan. Memang
agak di luar rencana, sebab aku inginnya jarak antara anak pertama dan kedua
ini sekitar 3 tahun dan di anak kedua ini bisa VBAC. Menurut dokter sih jarah
20 bulan sudah cukup, asal ketebalan rahimnya nanti juga bagus. Kemudian,
dengan terpaksa aku menyapih Mahira lebih awal karena kondisiku di awal
kehamilan.
Pada dasarnya memang kita bolehlah ya bikin proposal, berencana dan
berusaha, tapi pelaksanaannya tergantung Allah yang meng-acc.
Nah, dari pengalaman KB alamiku ini, bisa disimpulkan sendiri ya..
efektifitas, kecocokan, dan trik agar KB alaminya berhasil.
Menurutku, KB alami ini akan berhasil dan cukup efektif dengan
menggabungkan beberapa metode. Misalnya, metode menyusui, kondom, kalender dan
Ovutest. Jadi bakal saling melengkapin kelebihan dan kekurangan. Beda dengan KB
kontrasepsi yang kita hanya bisa pilih satu metode saja.
Selamat memilih!
20 komentar:
Posting Komentar