Persiapan Menikah Untuk Muslimah: Mudah, Berkelas, dan Berkah
.
Tanggal sore setelah
menghadiri sebuah gathering muslimah wedding, tiba-tiba aku tersadar, bahwa
pernikahan aku dan suami yang insya Allah akan menginjak usia 4 tahun pada
bulan Februari nanti hanyalah sebuah gerbang. Perjalanan sesungguhnya,
keberkahan sesungguhnya, ya sepanjang proses kami dalam menjalani sebuah janji
yang menggetarkan ‘Arsy.
Dulu, tahun 2015, kami
menikah dengan kesadaran penuh untuk beribadah dan berkembang bersama. Masa
pendekatan selama setahun bagi kami sudah cukup. Kami butuh untuk berjalan
berbarengan menuju tujuan pernikahan yang kami impikan.
Saat itu, aku pikir
hanya persiapan batin dan mental saja yang penting. Kami berdua, sama-sama
memiliki wawasan yang minim tentang persiapan teknis. Vendor? Duh, nggak paham.
Kami memang menginginkan agenda pernikahan yang sederhana dan intim, hanya
dihadiri oleh orang-orang terdekat. Tapi, sebagaimana masalah pasangan muda
kebanyakan, keluarga kami tentu bereaksi seperti ini:
Akhirnya semua hal
diurus oleh ibu, tanpa seorang wedding planner. Ya ibu itu planner-nya!
Ibuku dibantu oleh sahabat-sahabatnya dalam membentuk panitia. Ibu mengurus dan
menetapkan sebagian besar urusan teknis, mulai dari souvenir sampai katering.
Gaun? Semua dipilihkan ibu dengan persetujuanku. Aku hanya meminta untuk tetap
memakai hijab yang menutup dada baik saat akad maupun resepsi.
Tapi.. tapi… tapi……..
Lagi-lagi karena aku
yang powerless dan minim pengetahuan tentang siapa MUA-ku, penyedia
kebaya pernikahan, catering, dekor, dan lain sebagainya, membuat hal-hal yang
aku inginkan dalam pernikahan jadi tidak terlaksana dengan baik. Misalnya, saat
resepsi, aku tidak jadi memakai hijab yang menutup dada karena tidak ada
kainnya. Aku pikir, aku hanya cukup request dan mereka mengiyakan,
tetapi rupanya, tidak disiapkan. Ya kesalahanku juga sih karena aku tidak
memantau dengan baik. Jelang pernikahan aku dan suami memang sama-sama sibuk
kuliah S2, kami fokus untuk ujian akhir semester 1 dan persiapan penelitian.
Kemudian, mereka juga
mengatakan bahwa, “eman-eman jika pernak-pernik kebaya ditutupi”. Huhu, sedih
sebetulnya. Aku sempat meminta maaf ke suamiku, untunglah beliau memaklumi.
Juga, aku tidak diberi buket apa-apa oleh bagian dekorasi, padahal sebelumnya
aku sudah setor gambar buket yang aku inginkan.
Akhirnya, jadi pelajaran
berharga deh buat kai berdua, dan yah, dari situ aku punya beberapa tips yang
bisa saya tulis disini untuk pasangan yang akan menikah. Tips ini aku bagi
menjadi 2, yakni persiapan mental dan persiapan teknis. Dua-duanya penting, ya!
Tips 1: Persiapan Mental dan Keikhlasan
Jelang menikah, aku
memang nggak banyak mikirin persiapan teknis. Sebaliknya, aku melahap banyak
buku-buku tentang keikhlasan dan buku tentang hak serta kewajiban suami istri.
Soalnya, menurutku, hal yang paling penting dalam pernikahan adalah after
party-nya. Mau menjemput jodoh dengan proses ta’aruf maupun pacaran,
selaluuu aja ada tantangan dan masalah dalam rumah tangga, ataupun karakter
pasangan yang belum pernah terlihat sebelumnya. Ibaratnya, secret unlocked!
Hehehe. Terus, gimana biar tetep strong? Kumpulkan “bekal yang cukup”
sebelum memulai hidup bersama. Meskipun standar “cukup”nya orang berbeda-beda,
tetap ada acuan dasarnya. So Here’s my tips:
Satukan visi dan tujuan
pernikahan
Coba hindari obrolan
geli macam “kamu sudah makan? Kamu sudah mandi? Kamu sudah gosok gigi?” selama
proses pengenalan atau pendekatan. Sebaliknya, ganti dengan obrolan yang lebih
berbobot, berfaedah, dan kalau perlu mengerjakan project bersama.
Pembahasan yang nggak boleh luput untuk didiskusikan adalah visi hidup dan
tujuan pernikahan.
Sebagian besar orang
yang menikah tentu berharap bahwa pernikahan yang dijalani akan menjadi
hubungan yang berkah dan langgeng hingga nanti keluarga bisa berkumpul kembali
di surga-Nya. Untuk menuju kesana, tidak mungkin bisa dilalui dengan jalan
biasa. Besar kemungkinan jalan yang akan dilalui oleh pasangan suami istri
adalah jalan yang panjang dan terjal.
Agar perjalanan tidak
terlalu banyak waktu yang terbuang karena kesasar dan bahkan hilang arah, suami
istri perlu yang namanya sevisi dan menyatukan tujuan pernikahan. Ini bisa
berbeda-beda dan sangat subjektif ya. Dan untuk mencapai hal ini tentu perlu komunikasi
yang matang dengan calon pasangan.
Note: jika canggung
memulai dari mana, coba tanyakan beberapa pertanyaan dasar ini: “apa tujuanmu
menikah denganku? Apa nilai-nilai yang kamu pegang dalam hidupmu? Apa yang akan
kamu lakukan jika pernikahan kita tidak berjalan sesuai harapan? Dari situ
insya Allah nanti kita bisa paham bagaimana pandangan si calon pasangan ini.
Bicara tentang Anak
Eits.. bukan tentang
“cara membuat anak” lho ya. Tolong, kesampingkan dulu masalah teknis itu.
Bicara tentang anak yang
aku maksud disini adalah pandangan calon pasangan tentang memiliki anak dan
cara mendidiknya. Karena biasanya kedua hal ini bisa jadi salah satu sumber
masalah dalam pernikahan. Ada orang yang ingin menunda anak karena sesuatu, ada
juga yang ingin langsung punya anak karena sesuatu juga. Jika ada perbedaan,
hargai pendapat pasangan dan coba cari jalan tengah. Kalau kedua calon memang
tidak ada niatan untuk menunda, sebaiknya dipersiapkan urusan kesehatan seperti
cek kondisi rahim, cek lab jika diperlukan.
Kemudian tentang
mengedukasi anak. Coba cek karakter dan emosi dominan pasangan, sebab karakter
anak nanti akan dipengaruhi oleh emosi dominan orang tuanya. Juga tanya
pendapatnya mengenai mendidik anak. Tak perlu rinci, biasanya kalau belum punya
anak memang belum terlalu paham urusan parenting ya. Tapi cukup perihal
yang umum saja, misalnya tanyain dia, “kamu setuju nggak kalau tidak ada anak
yang bodoh dan nakal? Kamu setuju nggak kalau pengasuhan anak itu adalah
tanggung jawab kedua orang tuanya? Gimana pendapatmu tentang hubungan yang baik
antara anak dan orang tua?
Mungkin pertanyaan itu
nanti akan mengarah pada calon pasangan yang tiba-tiba curcol tentang hubungan
dia dan keluarganya. Ndak papa, dari situ kita akan tau apa saja yang membentuk
karakter dan emosi dominannya. Kalau dia berasal dari keluarga yang pemarah,
umumnya akan cenderung punya problem dalam mengelola emosinya. Kalau dia punya
hubungan yang kuat dengan dasar cinta dengan orang tuanya, besar kemungkinan ia
akan menerapkan hal yang sama untuk anak-anaknya.
Bicarakan Karir
Perihal ini mungkin agak
sensitif untuk perempuan. Baiknya, mengenai pekerjaan dan karir ini dibicarakan
sebelum lamaran. Usahakan ada kata sepakat, legowo, dan restu dulu dari kedua
belah pihak. Tidak semua wanita bisa dengan mudah untuk menjadi ibu rumah
tangga, apalagi jika ia sudah berkarir menahun dan tiba-tiba diam di rumah.
Yang ada, dia bisa stres karena merasa kehilangan aktivitas sehari-hari.
Jika memang perempuan
memutuskan untuk di rumah, coba tetap lakukan aktivitas-aktivitas yang sifatnya
produktif. Misalnya, membaca, membuka bisnis dari rumah, ngeblog, menulis buku,
belajar memasak, mengikuti komunitas keluarga, dan lain-lain. Yang penting,
tetap berkarya dan tersalurkan kebutuhan aktualisasi serta eksistensi diri.
Topik tentang karir juga
bisa berpengaruh ke tempat tinggal setelah menikah, apalagi jika pekerjaan
utama calon pasangan berpindah-pindah atau mungkin ada yang ingin meneruskan
studi.
Tentang amal dan ibadah
Coba buatlah komitmen
pada masing-masing untuk terus mengupgrade kualitas ibadan dan amal. Menikah
itu aja udah ibadah, apalagi kalau kegiatan-kegiatan di dalamnya juga penuh
kebaikan dan amal… beuh, insya Allah, semoga berbuah berkah, selamat, dan
bahagia dunia akhirat.
Tips 2: Persiapan Teknis
Persiapan kesehatan
Ini berhubungan dengan
bagian “tentang anak” di atas tadi ya. Luangkan waktu dan uang untuk menjalani
tes kesehatan sesuai kebutuhan. Mengetahui kondisi kesehatan masing-masing
pasangan akan memudahkan kita untuk menghadapi pernikahan dan memudahkan
ikhtiar untuk diamanahi anak.
Finansial
Sempat aku baca di
Twitter:
Pengen ketawa juga sih
pas membacanya. Soalnya, aku dan suami termasuk nikah muda dengan tabungan yang
minim! Hahaha. Semua berjalan berkat izin Allah dan restu (ehem, dorongan)
orang tua.
Finansial memang penting
tapi bukan segala-galanya. Aku pribadi tidak terlalu tertarik menikah dengan
orang yang tajir melintir kalau kepribadiannya tidak sesuai yang aku butuhkan.
Aku jauh lebih menyukai proses berjuang dari bawah. Dengan lelaki yang punya
potensi untuk “kaya” secara materi, amal, dan wawasan. Buatku, itu jauh lebih
penting. Kalo kamu gimana? Kita bisa berbeda ya gess dan gapapa, selow saja.
Persiapan finansial ini
coba dibagi 2, persiapan jelang pesta dan setelah pesta. Kalau setelah pesta,
mulai banyakin tuh baca buku dan minimal buat pos-pos keuangan untuk hidup
sehari-hari, untuk amal, asuransi, untuk dana darurat, dan untuk liburan.
Kalau untuk persiapan
jelang pesta, biar acara lancar, berkah, dan sama-sama enaknya di hati mempelai
dan keluarga, juga perlu didiskusikan dengan baik. Berapa budgetnya? Pakai
vendor apa saja? Berapa tamu yang diundang? Daaan puluhan to-do-list
lainnya.
Rencana Teknis
Pernikahan
Ini agak tricky
ya. Berbekal pengalaman pribadiku, aku pikir mau pakai jasa wedding planner
maupun di handle sendiri, calon pengantin tetap perlu paham dan mengenal
dengan baik para pihak yang bekerja sama untuk menyukseskan acara. Anggarkan
sesuai kebutuhan masing-masing pasangan dan diskusikan dengan orang tua. Apakah
pernikahan yang private atau yang mengundang banyak tamu? Mau yang temanya adat
atau yang modern? Tema dalam pesta pernikahan tentu akan memengaruhi busana,
dekorasi, aksesoris, undangan, souvenir, dan bahkan catering.
Masih ingat kan ceritaku
di atas tentang hijab resepsi dan buket yang tidak sesuai keinginan? Beberapa
bulan setelah pernikahan, aku makin menyesal karena aku tidak turun tangan
dalam memilih busana karena tepat pada bulan Mei 2015 saat aku memulai usaha
bisnis online, aku juga mengenal Laksmi Muslimah, sebuah penyedia busana pernikahan
islami.
Saat itu aku menjalankan
bisnis Ladesya Hijab dan cukup sering ikut program paid promote di
akun-akun islami. Saat itu aku lihat Laksmi Muslimah yang juga ngepromote sewa
baju pernikahan yang duh… impianku banget! Aku langsung nyesel kenapa nggak
lebih awal kenal Laksmi Muslimah.
Tapi ya ada hikmahnya
juga sih, karena kapan hari aku berkesempatan ikut gathering bersama Laksmi
Muslimah dan bertemu dengan berbagai wedding vendor. Nggak ketinggalan
akupun bertemu mba Nungki yang merupakan owner Laksmi Muslimah.
Yang bikin aku kagum
banget sama Laksmi Muslimah adalah dia konsisten dengan nilai yang dipegang dan
sangat membantu pelanggannya. Soal nilai, Laksmi Muslimah memegang nilai syar’i
dan hanya melayani calon pengantin muslim dan dengan konsep akad atau resepsi
yang berhijab. Laksmi Muslimah juga tidak menerima sewa gaun untuk prewedding.
Apakah target market yang sangat spesifik ini menjadikan Laksmi Muslimah sepi?
Justru tidak! Pelanggannya Laksmi Muslimah sudah skala nasional, eh sorry,
bahkan ada juga 2 warga negara tetangga yang sewa gaun di Laksmi Muslimah.
Sejak pertengahan tahun lalu, Laksmi Muslimah juga sudah membuka cabang di
Malang. Hal ini membuktikan jam terbang dan profesionalitas Laksmi Muslimah
yang sudah sangat teruji.
Pelanggannya siapa aja?
Muslimah pasti sempet tau dong viralnya pernikahan anandito dan Anisa? Ya, itu
gaunnya pake Laksmi Muslimah! Banyak juga orang-orang penting di Jawa Timur
yang memakai gaun Laksmi Muslimah ini.
Masih tentang pelanggan.
Dalam hal melayani dan membantu pelanggan, berapapun budget dan rencana
pernikahanmu insya Allah dilayani dengan baik sama mereka. FYI, Laksmi Muslimah
bukan WO, tapi mereka bisa membantumu jika kamu butuh dikoneksikan ke berbagai vendor
sesuai budget pernikahanmu.
Kalau kamu kebingungan
mencari MUA, wedding planner, catering, mengurus sepatu pernikahan dan
aksesoris lainnya, Laksmi Muslimah bisa memberi rekomendasi. Sebab, Laksmi Muslimah juga bekerja sama dengan berbagai wedding vendor.
Ratusan produk cantik di
Laksmi Muslimah bisa disewa maupun dibeli. Laksmi Muslimah tidak hanya
menyediakan gaun pernikahan modern lho, tapi juga kebaya dan baju pesta. Bisa
juga untuk seragam para orang tua dan panitia acara pernikahan.
Kamu fokus saja sama
persiapan batin, mental, dan ibadah jelang menikah. Urusan gaun pengantin dan
teknis lainnya? Saranku, serahkan saja sama Laksmi Muslimah dan vendor lainnya.
Pertama-tama, kamu tinggal isi sata du link di bawah ini agar adminnya Laksmi
Muslimah segera menghubungi dan melayani kebutuhan pernikahan dan acara kamu.
Manteb, kan, nggak perlu ngantre dan bertele-tele. Gunakan kode referensi “NABILLADP” dalam mengisi formnya, ya.
Jika kamu belum punya tanggal pasti pernikahan, diisi sebisanya aja dulu,
itung-itung sekalian doa, kaaan hihihi.
💙💙 Daftar di sini untuk mewujudkan Pernikahan Impian Bersama Laksmi Muslimah 💛💛
Kalau belum paham isinya,
bisa lihat gambar ini. Sebetulnya mudah buanget kok, tinggal isi sesuai kondisi. Gambar berikut hanya memberi petunjuk untuk beberapa hal penting saja:
Selamat mewujudkan
pernikahan impianmu, dear calon suami istri yang salih dan salihah!
------
Artikel ini merupakan artikel berbayar / sponsored post hasil kolaborasi antara penulis dengan Laksmi Muslimah.
Sumber foto:
Dokumen pribadi,
cover: Photo by Micheile Henderson on Unsplash
------
Artikel ini merupakan artikel berbayar / sponsored post hasil kolaborasi antara penulis dengan Laksmi Muslimah.
Sumber foto:
Dokumen pribadi,
cover: Photo by Micheile Henderson on Unsplash
37 komentar:
Posting Komentar