Perempuan dan Filosofi Bambu

Buat yang berdomisili di Jawa Timur, khususnya surabaya-sidoarjo dan sekitarnya, aku yakin pada nggak asing sama harian umum Jawa Pos.
Jawa Pos telah menjadi salah satu media yang menyedot perhatian masyarakat dan menurutku, cukup mendidik. sekitar akhir desember 2010 lalu, jawa pos mencanangkan program baru yang dinamakan "Jawa Pos For Her" yang beraksen pink.

Sepertinya, tujuan Azrul Ananda dan kawan" mencanagkan program ini adalah pertama untuk lebih memberdayakan kemampuan perempuan untuk menulis. I really like it. ada kolom yang dibuat khusus untuk mahasiswa, pelajar, dan umum, dan istimewanya, hanya perempuan yang boleh mengisi kolom-kolom tersebut.
Kedua, untuk mendongkrak pemasaran. Jelas banget nih.. hehe sudah nggak perlu dikemukakan alasannya.
and btw, saya juga berpartisipasi dalam menorehkan tulisan tulisan ke jawa pos for her ini yang isinya tentu saja, tentang perempuan.
berikut secuil tulisan saya:

Perempuan dan Filosofi Bambu
Times are changing and women need the critical stimulus of competition outside the home. She must realize at the outset that a woman must do the same job better than a man to get as much credit for it. She must be aware of the various discriminations, both legal and traditional, against women in the business world. – Amelia Earhart

Jika masih diberi umur, Kartini tentu dapat tersenyum lega setelah persamaan kesempatan perempuan dalam berbagai bidang, secara keseluruhan dapat berjalan sesuai porsinya. Pengakuan peran dan hak perempuan bukan lagi wacana. Dengan pendekatan makro, memang begitu adanya. Lambat laun, paradigma bahwa peran perempuan hanya sebatas 3M (macak, masak, manak) sudah mulai terhapus. Sebagian besar perempuan tidak lagi buta pendidikan. Perempuan juga berpartisipasi aktif dalam politik dan kenegaraan serta mendapatkan kesetaraan posisi dalam profesi tanpa melupakan fitrah sebagai perempuan. Yakni sebagai sosok yang lembut, mengayomi, serta menjadi istri sekaligus ibu yang ideal. Ya, mengemban amanat Tuhan sebagai perempuan memang tidak mudah.

Namun, jika kondisi tersebut di zoom-in, tampaklah cacat disana-sini. Sejarah mencatat adanya perampasan hak serta diskriminasi terhadap perempuan yang mencederai Pancasila dan konstitusi. Angka perdagangan perempuan masih tinggi, praktik prostitusi yang mencoreng harga diri perempuan, serta nasib TKW yang tak terurus di negeri orang.
Dalam bidang women trafficking, Komisi Nasional Anti Kekerasan Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat peningkatan angka perdagangan perempuan yang drastis. Pada tahun 2002, terdeteksi 320 kasus dan pada tahun 2003, meroket hingga 800 kasus (www.rahima.or.id). Sepanjang tahun 2009 juga tercatat 90 persen kekerasan terhadap perempuan terjadi dalam rumah tangga. Fakta juga berbicara, sebanyak 469 orang dari 1.870 kasus korban kekerasan seksual adalah perempuan dibawah umur (http://menjadikosong.wordpress.com). TKW juga tak luput dari target perdagangan. Sepanjang tahun 2009, diperkirakan 80 persen perempuan menjadi korban trafficking dari satu juta penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri (http://news.okezone.com).
Angka diatas dapat disebut sebagai implikasi dari globalisasi. Solusi dalam ranah hukum adalah implementasi yang tegas terhadap pemberlakuan UU nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Untuk menekan angka yang semakin meroket, kerja sama dari berbagai pihak seperti LSM dan keluarga tentu sangat diperlukan.
Di sisi lain, untuk memproteksi diri, perempuan tidak bisa seterusnya mengandalkan orang lain. Ada baiknya kaum hawa mencoba berguru kepada alam. Dari bambu misalnya. Jika diamati, banyak hal yang dapat diteladani dari rumput raksasa ini. Bambu memiliki akar yang kuat, dan batang kokoh yang tahan terpaan angin. Sekencang apapun angin menghantam, ia hanya akan terus bergoyang dan berdesis. Walaupun tergolong dalam klasifikasi rumput, tetapi ia dapat bertahan bak pohon. Hal ini berbeda jauh dengan pohon lain yang berkambium namun mudah tumbang ditengah angin kencang. Seluruh komponen bambu juga fungsional dalam kehidupan manusia, dari rebung, batang, hingga tanaman itu sendiri. Bambu juga disimbolkan sebagai pohon yang sangat baik untuk kelestarian lingkungan dan menghadirkan suasana yang sejuk.
Pelajaran itu lah yang perlu diteladani perempuan dari guru alam. Fleksibilitas, kekokohan dan ketegaran, serta kehadirannya yang berguna untuk dunia dapat diteladani sebagai bekal perempuan agar lebih dihargai, bermental baja, jauh dari diskriminasi, serta berguna bagi keluarga, negara, dan agama.
***

masih jauh dari sempurna nih, dan perlu mendapat masukan dari berbagai pihak.
anyone, please? :)
 

Tidak ada komentar