PAB, dulu dan sekarang

Ada yang pernah denger perpustakaan anak bangsa?

Bukan termasuk perpustakaan kota loh, ini perpustakan yang terletak di desa kecil, desa sukopuro di daerah Tumpang, Malang. Lokasinya lumayan jauh dari pusat kota malang, tapi perpustakaan ini punya banytak anggota dari sekitar desa, dari orang malang kota, maupun dari kota lain.

Perpustakaan Anak Bangsa (PAB) bukan perpustakaan dengan gedung mewah dan ber AC. Awalnya, kira-kira sejak tahun 2007, perpus ini bahkan ngga punya tempat yang tetap. Bayangkan saja, mas eko, pemilik perpus, harus berpindah-pindah, usung-usung barang ketika masa kontrakan sudah habis. Terakhir, hingga tahun 2010, perpustakaan mas eko berdiam di “gubuk bambu”. Aku sendiri takut membayangkan ketika ada angin kencang atau hujan deras, gimana nasibnya perpus yang hanya berdinding gedek itu? Ternyata bener, beberapa kali perpusnya bocor. Tetapi Alhamdulillah “gubuk bambu”nya ngga pernah sampe kemakan angin :D

 PAB, at 2010

Di dalam gubuk bambu itu, siapapun akan takjub dengan koleksi buku PAB. Untuk kelas perpustakaan desa, koleksi buku di PAB cukup lengkap. Sangat lengkap. Dari klipping masakan sampe literature berbahasa inggris pun ada. Darimana dapet buku sebanyak ini? ternyata tak ada satupun yang menjadi hak milik mas eko. Mungkin Koran-koran bekas atau kliping itu lah yang asli milik mas eko. Lainnya, mas eko nyari buku dengan cara door to door. Ia berusaha mendapatkan buku darimana saja, dari perpus kota, nempel iklan di radio, minta ke tetangga, dll.

Tekad dan semangatnya memang luar biasa kuat. Menurutnya, orang desa itu nggak ada yang bodoh. Mereka bisa pintar, bisa lancer berargumen, asalkan terfasilitasi, asal ada buku untuk dibaca. Nah karena sentuhan dari pemerintah daerah sangat minim, jadilah mas eko mengupayakan semua ini. mas eko sendiri nggak punya pekerjaan tetap, tapi masih bisa menghidupi PAB. Kalo ngga salah, sekitar tahun 2009, mas eko terpilih sebagai Kick Andy Heroes. Semacam program dari Kick Andy berupa penghargaan kepada orang-orang yang menjadi pahlawan di lingkungannya. Sejak itu, PAB terkenal, dan mendapat banyak sorotan, dan tentu saja, banyak kiriman buku. Aku sendiri tau PAB dan mas eko juga dari Kick Andy. Dilanjutkan dengan nyari nomernya mas eko di internet (dan Alhamdulillah ketemu), aku membuat profil singkat tentang PAB dan mas eko pada tahun 2010.

Anggota PAB sudah mencapai lebih dari 9ribu. Keanggotaannya, nggak dipungut biaya, serta nggak ada batasan untuk mengembalikan buku. Ini nih yang bikin betah. Sistemnya pake system kepercayaan aja, asalkan bukunya balik. Begitu saja, sederhana :D
Ngga takut bukunya hilang di tangan orang-orang yang nggak bertanggung jawab? Mas eko hanya berpendapat, buku itu nggak hilang, hanya berpindah tangan. Yang jelas fungsinya kan tetap sama, sebagai bacaan. Mas eko sendiri santai aja kalo ada buku yg ilang, karena ia yakin, pasti suatu saat ada gantinya.

Tahun 2011, mas eko mulai mencari tanah kosong untuk membangun rumah untuk PAB. Rumah permanen! Biayanya dari mana? Dibiayai sama Pocari Sweat + Kick Andy. Hebat sekali, lokasi PAB yang permanen diresmikan pada 25 Juli 2011 oleh Pocari Sweat, Kick Andy, plus beberapa orang dari Pemkot. Posisi perpustakaan ada dibelakang rumah. Untuk mengakses perpustakaan, harus melewati Ruang Kreasi, Ruang Komputer, dan Ruang Gamelan. Aku diundang oleh mas eko untuk acara peresmian PAB. Dan mas eko sendiri masih antusias menyambut dan menjelaskan setiap sudut ruangan.

Selesai acara, aku ikut ngumpul bentar di dalem ruangan perpus. Aku nggak sendiri, ada beberapa orang yang tentu saja, nggak aku kenal. Setelah kita ngobrol, saling mengenalkan diri, ternyata sebagian besar dari mereka adalah pemilik TBM (Taman Baca Masyarakat) di beberapa daerah. Ada yang dari sengkaling, ada yang dari Kediri, macem-macem dah. Aku sendiri ngga berbasis pada dunia perpustakaan ya, jadi ikutan nimbrung aja sih. Diantara mereka, hanya aku yang mahasiswa fakultas hukum :D ditengah diskusi, mas eko sendiri curhat kalo dia pengen “semedi” dulu setelah akhirnya, PAB punya tempat tetap. Ya, tentu saja dia kelelahan. Seorang pahlawan tentu berhak mendapat waktu istirahat atas jerih payah yang telah ia perjuangkan.

 salah satu sudut perpus
 take a picture with Andy Noya
Andy Noya on his speech
 Mas Eko Cahyono, the Heroes

PAB, now

Tidak ada komentar