keadaan HIA dini hari. |
Draft postingan ini ditulis pada tanggal 27 Juni 2012, di Hangzhou Railway Station.
***
Sebagai makhluk Nya yg hidup di bumi-Nya, sudah seharusnya untuk selalu berdoa dalam setiap perjalanan, dalam
setiap rencana, dan dalam setiap langkah yang diambil, agar selalu menjadi hal yang diridhai-Nya.
Termasuk kegiatan exchange ini.
Semuanya berjalan cukup lancar –hingga pun ketika aku sama sekali tidak mendapatkan sponsor, juga ketika menghadapi
peliknya birokrat universitas (yang katanya level) internasional. Mungkin aku yang terlalu berharap lebih (yang indah-indah
saja) atau mungkin juga aku yang terlalu terlena dan terlalu banyak waktu yang
tersita. Semuanya baik-baik saja, dari berangkat dr SUB hingga HGH. Sampai
ketika aku mendapati koper aku yang hilang.
Sejak nyadar kalo koper lenyap, aku sudah berusaha memproses di bandara Hangzhou, mereka
hanya bisa mengatakan “i’m not sure” dan berulang kali mengatakan akan
mengirimnya ke bandara Chengdu karena tanggal 27 malam itu juga aku berangkat ke chengdu dengan EP dan panitia lain. Lah gimana mau ngirim kalo nggak sure? Itu semacam gombalan untuk menenangkan hati klien yang khawatir, but sorry to say, I would ask them until the specified detail.
Semalaman aku menginap di bandara bagian international arrival, dimana
sama sekali ngga ada apa-apa disana. Berusaha untuk tidur dan ketika terbangun,
berharap sekali bahwa yang aku hadapi ini adalah mimpi buruk. Dan sangat
berharap dapat kembali ke hari sebelumnya ketika masih di kuala lumpur, ketika
aku bisa memastikan apakah koperku di turunkan atau tidak.
Tapi, ya mana bisa. Benar apa kata john mayer, when u’re sleeping with a broken heart, the
waking up is the hardest part.
Paginya, ketika aku rasa langit sudah mengisyaratkan waktu
subuh, aku segera ambil wudhu dan sholat seadanya. Sungguh, di bandara yang
sebesar ini tidak ada mushola atau tempat yang dapat digunakan untuk ibadah.
Baru ketika aku lihat ada petugas imigrasi yang datang, aku
memberanikan lagi masuk ke bagian arrival. Mencoba memastikan lagi. Aku
mendapati polisi wanita yang sama sekali tidak bisa berbahasa inggris. Dia
enyuruhku untuk menuju ke tempat pengaduan koper yang hilang. Aku bergegas kesana, ke
tempat kemarin aku mengurus surat kehilangan, dan mendapati kantornya masih
terkunci. Dan lagi-lagi, aku masih sendirian. Hanya di temani satpam wanita
yang jaraknya cukup jauh dari kantor, dan seorang office girl yang sedang membersihkan
lantai bandara.
It was painful.
Ditambah dengan wifi yang amat sangat kacau, rasanya seperti sedang berada di hutan yang tampilannya modern.
Rasanya seperti terjebak dibangunan beton raksasa, sedangkan manusia-manusia di dalamnya,
mereka tidak bisa berkomunikasi dengan orang asing.
Sekarang aku paham, mengapa di tulisan kartu departure dan arrival visa china, tertulis Aliens. Stranger atau people atau lebih sopan lagi seharusnya visitors deh yaa paling ngga.
I’m that alien, then.
Ngga bisa menahan, aku menangis.
Bebrerapa mekanik yang lalu lalang, pasti tahu betul aku
menangis. Tapi mereka ya cuek aja, atau mungkin mereka ingin bertanya tapi
melihat jilbab yang aku pakai dan tas carier yang besar, jelas mereka paham aku
bukan orang lokal. Sampai ketika ada bapak-bapak dengan jas yang datang dan membuka
pintu kantor. Aku mengusap air mata, dan aku berjalan ke arahnya.
“can u speak english?” itu kata pertama yang selalu aku
ucapkan ketika bertemu orang china. Dia hanya bilang “ ha’ah”
Trus aku menunjukkan kertas hijau tanda bukti koper ilang. Dia mengamati
sebentar dan lagi-lagi berkata, “I’m not sure”
Pasrah, aku memberanikan diri untuk pinjam telponnya, untuk
menelpon buddyku dan mengabari kalau ngga bisa membalas email karena wifi yang
ancur abis. Setelah itu aku keluar dan bertanya kepada satpam dimana
tempat makan, dan aku melihat sinar kuning cerah bertuliskan M besar. Ada harapan wifi disana, disamping mencari
sesuap makanan, tentu saja.
Dan benar saja, alhamdulillah wifi disana sangat lancar. Aku bisa membuka
skype dan YM serta mengirim email untuk janjian sama buddy di mcd. Dan dugaan
yang benar kedua: mcd ini tidak menyediakan nasi. Aku pesan burger ayam dan dia
memberi dengan beberapa sayuran yang rasanya.. yuks.
Setelah si buddy datang, aku memutuskan untuk kembali ke
informasi dan bertanya, dan ku temui polisi wanita yang sama (kemarin dan tadi
pagi juga bertemu dengannya) dia ber-cangcingcungmaa ria sambil menepuk jidatnya
dan menunjuk-nunjuk ke arahku. Kira-kira, kalau diterjemahkan jadinya: hadah, arek
ikiii maneh.
***
Sesampainya aku di dormnya si buddy, buddy malah ngajak aku
untuk jalan melihat-lihat campus. Oh come on, this is definitely not a
right time to it. Aku memohon untuk bisa istirahat sebentar dan mandi. Dan
ternyata, ngga ada air. Padahal aku butuh wudhu dan sholat juga. Dalam hal
seperti ini, terpaksa aku harus tayamum dan sholat sambil tidur karena
kondisi badan sangat lemas.
Sebelum tidur, aku bertayamum dan sholat seadanya.
Serta berharap, kalau ini semua hanyalah mimpi buruk semata.
***
Baru semalam di negara orang, aku diberi banyak pelajaran oleh-Nya.
Disaat seperti ini, teringat saat berdiskusi dengan seorang teman tentang selalu berkhusnudzan pada-Nya. Juga teringat pesan Ayah sebelum berangkat bahwa bumi
ini milik Allah, dan dimanapun kita, harus menegakkan agama Allah.
Bahwa berlatih ikhlas dan sabar itu sangat
tidak mudah. Mungkin bisa menjadi mudah hanya dalam beberapa hal kecil saja.
Sedangkan ujian untuk naik level di
hadapannya, mungkin tingkatan sabar dan ikhlas yang kita miliki akan diuji. Disamping, tantangan bagaimana tetap menegakkan dan membela agamaNya dimanapun dan kapanpun saya berada.
Semoga ini semua memang diridhai olehNya
Karena untuk mencoba berlapang dada atas kehilangan koper
ini, amat sangat sulit.
Dari sini aku mempertanyakan, apakah aku terlalu
mencintai koperku itu, ataukah lebih mencintai-Nya?
Ataukah aku lebih takut akan kehilangan barang duniawi, ataukah lebih
takut akan murka-Nya yang melihat umatnya mudah menyerah dan mudah larut akan
amarah?
Astaghfirullahaladzim..
Tidak ada komentar