First Impression of Chengdu


ceritanya, mau lanjutin postingan pas nyasar di China.

Setelah menempuh 33 jam perjalanan dan disambut dengan stasiun yang luar biasa megah di Chengdu East Railway Station, detik itu juga aku ngiri dan membayangkan sumpeknya stasiun di Indonesia. Chengdu East Railway Station (disingkat CERS aja kali ya) bahkan lebih bagus dan megah daripada Bandara Abd Saleh di Malang. Maklum aja sih, China memang punya Kementerian Kereta Api dan well, China negara daratan yang super-duper luas. Dengan biaya BBM yang mahal, transportasi publik yang paling gampang dijangkau kayaknya ya cuman dengan kereta api. Hampir ngga ada kota di China yang ngga bisa diakses dengan kereta api loh.

Setelah nyampe, temen-temen yang starving abis pada ngerengek minta makan. Dibayangan aku waktu itu, kami difasilitasi sedemikian rupa, at least untuk kedatangan selama beberapa hari ini lah ya, seperti halnya kepanitiaan di Indonesia yang kedatangan tamu. Semua volunteer bergegas nitipin koper di left luggage service. Nah ini juga keren banget! jadi di setiap stasiun di China pasti ada layanan left luggage servicenya. CERS ini tidak terlalu umplek-umplekan, cukup bersih dan nyaman, jadi tenang-tenang aja kalo luggage ditinggal beberapa jam, bahkan hitungan hari sekalipun. tapi yo, bayar rek!

Setelah itu kita muter, ke belakang pintu keluar dan muter lagi ke depan. Lah, kok ngga jelas gini ya? Pas aku tanya,
"hey guys where will we go now?"
"having lunch" dia bilang
"um..in restaurant?"
"yap, we're still looking for the nearest place"

oalah, berarti panitia lokalnya sendiri belom siap. belom tau ntar setelah bule-bule ini dateng mau dibawa kemana. OLALA..
pas keluar dari pintu utama CERS, pemandangannya...hanya apartemen. tinggi-tinggi. puluhan.
kotanya relatif sepi dan tenang, ngga kayak Hangzhou.
dan siang hari itu, udaranya cool, ngga panas, ngga kering, malah cenderung berkabut.

with my Buddy, Chen

suasana taman depan CERS

Apartemen dimana-mana, suka-suka.


view from the brigde
Aku mandek sebentar dan bergegas ngeluarin kamera waktu ngeliat nini-aki joget madep tiang yang gede. Bukan joget, dansa kali ya. Dengan suara dari radio mini yang ditaruh di lantai, pasutri itu asik mengikuti alunan musik tanpa terusik kehadiran kita yang asing ngeliatnya. Belakangan, aku baru tau kalo tradisi pasutri di Chengdu, terutama yang udah veteran, suka berdansa di sore hari dan di tempat umum. Aiiih..

ceileeeh kompak

Chengdu local ppl

We walked for 15 minutes, and crossed the bridge.
jalan di Chengdu lebar-lebar dengan komposisi kendaraan yang jarang. Bagus, berarti pemerintahnya progresif. hehe.

Penny dan David adalah panlok yang berasal dari Chengdu, dia tau persis makanan di Chengdu yang enak. Dan kami dibawa ke restaurant china yang menyediakan makanan mentah yang kita harus menggorengnya dulu dengan nyemplungin daging-daging itu ke wajan di setiap meja. Hot Pot gitu deh namanya. Aku, tentu saja milih yang no pork, bersama Indonesian lainnya dan Indian lainnya. Dan kami, orang-orang Indonesia dan India, sungguh penggemar spicy food! Kami girang bukan main ngeliat bumbu-bumbu khas China dan warna kemerahan pertanda bumbu pedas. Ngga sabar, gimana sih rasanya chinese food yang asli.

Kami disuguhin beberapa mentahan, teruuus..ngga stop-stop. Jenis satu habis, nambah lagi. Kurang lebih ada usus bebek, ikan, daging, tofu, banyak deh macemnya. Meja sebelah, malah disuguhin otak babi. Hiiiii! Adrian, lebih paham gimana cara kerjanya. Dia yang memasukkan semua makanan trus kita harus nge-tag daging di wajan dengan sumpit, kalo ngga di-tag ntar kehabisan hehe. Pendampingnya, ada minyak wijen, saus tiram, dan dedaunan semacam seledri dan daun bawang. Aku nyoba nyampur dengan bumbu-bumbu itu, rasanya malah gak enak. Too oily. dimakan tanpa bumbu tambahan aja udah sedap, soalnya bumbu-bumbu yang tadi dimasukkan ke wajan, terserap dengan sempurna. Minumnya, kita disuguhi teh china yang plain banget! karna ngga doyan, langsung pada request cola, sprite, dan fanta. hehehe dasar foreigners!

tereeeng! wajan penuh bumbu spicy! btw yang bulat-bulat itu, rasanya ngga enak banget

ini usus mentah

Lucunya lagi, ada seorang waitres muda yang tampangnya polos banget, dan dia begitu excited lihat wajah-wajah asing dengan mata belok. Bahkan, dia ngajakin beberapa bule foto bareng dan sampe dimintain tanda-tangan. aku juga lo! hahahah konyol deh ya..

Gabriel, temen dari India berbisik ke aku,
"do we have to pay for this?"
"I don't know, but I hope it will be free. I need to save my money." jawabku santai, aku sih yakin-yakin aja kalo free. lah itu kan seharusnya jadi tanggung jawab panitia.
Gabriel mengibaskan tangannya.
"I heard that, we will pay for this by ourself. they will collect our money."
"hah!" aku kaget. tapi mencoba memaklumi karena lagi larut dalam euforina chinese food ini.
"i have no idea, but I think we should eat all of those thing. it will be so expensive!"
Dia mantuk-mantuk dan nyengir.
hahah dasar, masih tetangga sih ya, pola pikir masih sama.

Btw, ternyata, itu semua memang ngga gratis.
it's not so delicious, then.

plain chinese tea

Tidak ada komentar