Nice Welcoming from Madinah Al-Munawarah

greeting light from Madinah
aku pernah ngetwit yang kurang lebih bunyinya seperti ini:
jangan pernah meremehkan niat :')
sebagai respon kilat, atas ingatan yang tiba-tiba kembali pada beberapa bulan lalu di tahun 2012 yang aku sendiri lupa kapan persisnya. yang pada kala itu, aku bergumam dalam hati saja, berdoa dalam hati saja. Ya Allah, aku ingin ke tanah suci..
alhamdulillah, Allah Maha Mendengar.

keberangkatan yang seharusnya bulan Februari, jadi mundur tanggal 21 Maret, yang secara otomatis aku harus rela ngga kuliah (rela banget sebenernya haha). 2 minggu sebelum hari H, dikabari lagi sama ibu kalo keberangkatan mundur lagi, jadi tanggal 27 Maret dan balik tanah air diperkirakan tanggal 8 April. Dan ibadah akan makan waktu 12 hari. sedangkan, tanggal 1 - 12 April adalah minggu UTS.

means that...

***

Sempat risau, tapi sekali lagi ibu menyarankan aku mengikhlaskan dan urusan dunia ngga usah dipikirkan dahulu. Di postingan sebelumnya, aku juga udah cerita gimana aku menolak 2 peluang ke luar negri yang udah berdiri dadah-dadah di depan mata.

Ya sudah, ikhlas..

Resikonya adalah, aku harus menuntaskan tugas-tugas yang dikumpulkan sebelum UTS + paper JSP 2013. Bahkan malam sebelum keberangkatan, aku masih berkutat dengan UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS plus bercengkrama dengan sahabat lama, sebut saja google translate yang sangat membantu dalam proses trranslating paper JSP ku. Aku ngetranslate per paragraf dan aku edit per kata. itu aja setelah aku pulang dari umrah, aku masih ngelihat banyak kesalahan grammar sana-sini. hem payah memang *sandaran tembok* tapi alhamdulillah, sahabat lama ku ini cukup berjasa. Aku dinyatakan qualified untuk ke Jerman dan mengikuti proses JSP 2013. I'll tell this thing in the next post.

Malam itu, 26 Maret dini hari aku akhiri dengan finishing packing dan berdoa, semoga perjalanan ini menjadi perjalanan yang berkah dan aku bisa pulang membawa makam ibrahim. Dan mengingat ini adalah perjalanan yang memerlukan transit, aku juga menyelipkan nasib koper dalam doaku. Ya, semoga koper ngga nyasar lagi ke Jepang atau ke negara lain.

***

Perjalanan Jakarta - Madinah memerlukan waktu 9 Jam. pesawat kami berangkat sekitar jam 1 siang, ba'da dhuhur dan kami sudah sampe jakarta sejak jam 8 pagi. means that, kami harus terlunta-lunta di soekarno hatta selama 5 jam. nothing better than pay a sleep.

Aku memang ngga ingin menduga-duga seperti apa perjalanan ke Madinah nanti. dan ternyata, subhanallah walhamdulillah, makan 2x di pesawat dengan menu pilihan: ayam, daging, ikan. lengkap dengan roti, selai, salad, susu, jus awww :3 ditambah lagi, Saudi Airlines menyediakan LCD di tiap seat, dan fasilitas fflight route yang memudahkan penumpang mengetahui dimana posisinya sekarang. dengan mudah, aku menebak pulau-pulau di bawah ku yang luar biasa indah. well, alhamdulillah aku dapet seat di jendela, my fav one!

nyam!


beautiful Indonesia!


white beach sand from the top


warna birunya...... :3


hanya di Indonesia

Sri Lanka

Dan dalam penerbangan ini, aku berkejaran dengan matahari.

Indonesia GMT+7 dan Arab GMT+3, yang otomatis, Indonesia akan gelap lebih dulu daripada barat. pesawatku sekitar jam 1 siang ke arah barat, sehingga sepanjang perjalanan, aku hanya melihat gumpalan awan cerah, sesekali pemandangan pulau sumatera, Sri Lanka, India, laut lepas, dan gurun di jazirah arab. baru ketika kami hendak turun, perlahan kami mulai dikalahkan kuasaNya. Kami dikalahkan matahari. Ia berpamitan, mempersilahkan kami menyambut kota Madinah yang bersinar, ia tersenyum dan menampakkan semburat merah khas senja. Luar biasa.

Jazirah Arab


Sunset from the top
Pesawat kami mulai turun, meninggalkan langit cerah dan disalami oleh lampu-lampu kota Madinah. Lampu-lampu kota berwarna oranye temaram, tapi sangat kuat, sehingga jalanan dan rumah-rumah kota Madinah pun dapat terlihat jelas. Diantara lampu temaram itu, ada lampu putih, hanya disana satu-satunya. Membentuk bidang persegi yang luas. Ibu bilang, "Itu Masjid Nabawi," subhanallah, assalamualaikum yaa Rasulullah. Entah tanggal 14 atau 15, tapi bulan pada hari itu buleet banget, langit cerah banyak bintang. Madinah yang tidak terlalu ramai menunjukkan kedamaian kehidupan kota kaum muhajjirin ini.

Aku bahagia bukan main.

Bukan keluarga Cemara
Kami melewati imigrasi di bandara yang langsung aku bisa merasakan ke khasan hukum arab kepada warganya. Penduduk lokal dengan leluasa bisa memotong antrean dan tidak dipersulit saat pemeriksaan. malam itu juga kami langsung menuju hotel untuk makan malam. hahahha makan lagi. sudah di dekat hotel, tiba-tiba jalanan macet. Ternyata kami tiba pas selesai sholat isya. Ribuan jamaah berjalan berduyun-duyun keluar masjid dan memenuhi jalanan.







Tidak ada komentar