Kenapa bisa ke Jerman?

Mawar Pink di Leipzig. Saat summer, orang-orang lokal suka bercocok tanam. Bahkan, warna warni bunga lebih banyak dari pada daunnya.


"mbak bawa dikit, dibagi yah hehe.." mbak Rahma, pimred LPM ManifesT saat aku maba, membuka bungkusan coklat lezat. Dari Jerman. Aku sama Atika yg waktu itu nongkrong di Mfest, ngga sabar pengen ngelahap coklat khas eropa.

Mbak Icha, Direktur Utama FKPH saat aku semester 2, sempat 'perpisahan' pake makan-makan di bakso bakar pahlawan trip bersama semua bph fkph periode itu, dan maba ingusan yang dikasih amanah sebagai PJ [penanggung jawab] tiap bidang. Aku termasuk salah seorang PJ. Makan-makan gratisan itu dalam rangka perpisahan mbak Icha yang beberapa hari setelahnya terbang ke Jerman.


Mereka berdua, salah seorang peserta Joint Summer Programme tahun pertama.

Buah nota kesepakatan antara FH UB dan FH Univ Leipzig.
Dan memori singkat di atas, menjadi pengantar dalam doa yang tergumam singkat, yang kemudian aku tuliskan dalam kertas kecil di acara training lokal.
Semoga suatu saat aku juga bisa kesana.


***



tepat 26 Maret 2013, dini hari, aku menuntaskan translate paper 20an halaman untuk di submit sebagai syarat utama kualifikasi peserta JSP tahun ini yang akan diberangkatkan ke Jerman. Deadline nya sih 1 April. Tapi, 27 Maret subuh aku harus sudah di juanda, bersiap ibadah Umrah. Syukur ada temen yang mau direpotin untuk ngurus pemberkasan; ngeprint paper, ngambil sertifikat toefl, ngumpulin form dan segala kualifikasi. Bersyukur juga ternyata toefl diatas 500 sekalipun ngepres abis.



selanjutnya, aku lupa tanggal berapa, aku dan 8 orang lainnya diundang untuk presentasi. Yang bikin deg-degan, aku bakal diuji sama Bu Afifah, Bu Dhiana, dan Pak Sakti. FYI, those lectures are expert. Bu Afifah sendiri bukan orang baru, tahun sebelumnya aku juga participant di JSP 2012 saat giliran mahasiswa Jerman yg ke Malang. Dan beliau adalah salah satu orang yang in charge dalam program ini. 3 orang lain yang juga deg-deg an adalah Nickita, Inaya, dan Nying-Nying. Kami di room yang sama.

Aku, presentator terakhir dan paling lama 'dibantai'.
Minder juga, kompetitor lain jauh lebih kompeten baik dari segi substansi paper maupun bahasa inggris.


***



Suatu sore, di sela-sela bimbingan dengan Pak Imam Koeswahyono bersama Cintya plus Emil buat persiapan lomba, aku dapet sms dari Launa yang intinya minta bawa bendera FKPH ke Jerman. Lah FKPH kan ga punya bendera? *mikir* Lah, Jerman? *mikir lagi*



ternyata di TV lobby gedung A, namaku berada di urutan 3 dari total 6 mahasiswa yang berhak Njerman.



Alhamdulillah.

Tidak ada komentar