Leipzig, a lovely one

old building
Leipzig, aku nobatkan sebagai salah satu kota yang ingin kembali aku kunjungi, setelah Madinah dan Chengdu.


I do fall in for the first time.



Leipzig, kota tua kecil yang khas dengan arsitektur bangunan Eropa. Bangunan-bangunannya seolah mengisyaratkan bahwa Leipzig pernah menjadi gerbong komunis di Eropa, di bawah pendudukan Rusia. Jalanan di Leipzig ramai dengan sepeda ontel, beberapa menggunakan mobil dan motor, sisanya memanfaatkan tram untuk jarak yg agak jauh.



1. Tenang

Apa yang didambakan untuk hidup selain tempat yang tenang?
Leipzig punya! tiap hari pemandangannya adalah orang naik sepeda. saking tenangnya, ngga ada polusi (kecuali kalo berdiri di deket mobil), anak-anak kecil bebas berlarian di jalan dan ngontel.

gowes!
sepeda dimance-mance


2. Banyak cafe dan banyak taman

salah satu kebiasaan orang lokal yang aku lihat adalah nongkrong di cafe. sama sih kayak di malang, bedanya, tongkrongannya keren dan jarang yang nongkrong sambil bawa laptop dan wifian berjam-jam. rata-rata, mereka nongkrong ama pacarnya, atau temen-temen sekedar untuk becandaan, untuk ngerjain tugas, baca buku, atau ngobrol ama temen bisnis. di leipzig, cafe bakal rame jam 8 ke atas. berbanding terbalik, toko-toko bakal tutup jam 8 malam, padahal, jam 8 itu udah layaknya jam 4 sore. bahkan supermarket pun ikutan tutup jam 8. aku nyeletuk, bukannya orang eropa itu 'makhluk malam' ya (dalam arti suasana kota lebih hidup kalo malam). temenku jawab, iya kehidupan malamnya itu party bil, bukan shopping. oke, make sense. salah satu perbedaan jika dibandingkan ama Indonesia. Aku sempet ngerasain enaknya nongkrong di cafe leipzig, yaitu maem kebab istanbul dan maem kentang di pinggir jalan. berasa kayak anak gaul leipzig. Juga sempet jalan-jalan sendiri di sekitar hostel. Such a fun thing! ngerasa safe banget.

salah satu taman

Selain banyak cafe, di leipzig juga banyak taman. kalo di Indonesia, luas taman paling cuman beberapa petak, kalo di leipzig, luas taman bisa se luas universitas brawijaya. dan di taman, banyak hal bisa dilakuin sama orang lokal. baca buku, pacaran, piknik, jogging, olahraga, berjemur sambil telanjang (ini serius), sepedaan, party, konser musik, dan macem macem lainnya. apalagi kalo tamannya deket sungai besar, bisa main kano sekalian. pohon-pohonnya yg besar bikin sejuk, dan kebanyakan pohon yang ada adalah pohon mapple. aku jadi membayangkan gimana cantiknya taman ini kalo lagi autumn, dan semoga, aku masih ada umur untuk menikmati nikmatNya yang satu itu.


lunch di cafe kayak anak gaul
cafe deket hostel


3. Bangunan tua

Mungkin karena bekas pendudukan Rusia, kental sekali nuansa komunis di berbagai arsitektur tua yang masih di lestarikan. Bangunan-bangunan tua macam itu ngga ada di Berlin, atau at least ngga sebanyak itu. Di Leipzig, hampir tiap bangunan, entah court, apartemen, kampus, mall, selalu menggunakan interior dan eksterior bangunan tua. Juga, bisa ditemuin penghargaan tinggi buat orang ternama macam Sebastian Bach, atau filsuf-filsuf lainnya dengan membuat patung di dekat bangunan-bangunan tua atau gereja.

gereja tua


4. Colorful Flower

saat summer, orang lokal suka banget nanem bunga. warna-warni dan enak banget dilihat. di tiap apartemen, mereka pasti punya bunga, walaupun hanya sebatang, yang di taruh di dalam cangkir atau botol berisi sedikit air untuk menghidupi si bunga. what a lovely!

salah satu bunga di apartemen
bunga mawar oranye di meja cafe
5. Orang tua muda
Banyak banget aku ngelihat anak muda dan mahasiswa yang nggendong baby. Beberapa diantaranya bahkan berdandan punk, pake tindik, dan tato. Di Indonesia, orang-orang dengan atribut demikian akan dianggap nakal, ngga tau aturan, dan urakan. Di eropa, ngga semua yang tindikan itu garang. Sungguh! dua orang temen di Leipzig juga pake tindik di hidungnya, dan mereka ramah banget, easy going, baik, dan bener-bener menjamu kami. Bisa jadi, atribut itu adalah bentuk protes akan sesuatu, bukan sebagai bentuk identitas anak urakan. Aku sempet nanya sama Moritz, kenapa banyak banget mahasiswa yang punya anak, bahkan di kafetaria kampus, ada playground buat anak-anaknya mahasiswa itu tadi. Dan enaknya lagi, mereka yang punya anak, di kasih duit ama kampus. Enak kan? Yuk nikah muda di Leipzig! #salahfokus
Mereka yang udah punya anak itu, bisa jadi udah nikah dan bisa jadi belom. dan memang hukum di Leipzig tidak mengharuskan seorang harus sudah menikah untuk punya anak. Anak yang lahir di dalam dan di luar pernikahan, sama-sama legal. Kata Maria juga, mereka justru lebih mudah dapet kerja kalo udah nikah dan punya anak saat masih jadi mahasiswa. karena, perusahaan akan berfikir dan melihat bahwa "oh lo sudah nikah, udah punya anak, jadi kemungkinan untuk hamil lagi itu kecil dan bisa di atur" sedangkan yang masih single dipandang bisa sewaktu-waktu hamil dan mungkin bisa mengganggu kinerja perusahaan.

calon Ibu muda :p


***



Mungkin salah satu hal yang bikin aku betah adalah orang-orang yang cuek. Kayak salah satu temen Leipzig, Moritz yang bilang bahwa, just do anything that you wanna do, saat aku menolak dengan halus waktu di ajak ke party. mungkin juga, itu salah satu kelebihan negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia, ketika background, dari mana kamu berasal, tidak lagi dipermasalahkan dan kamu bebas melakukan apapun yang kamu inginkan. Asik sih, jadi bebas baca buku di taman tanpa dipandang aneh, jadi bebas jalan sendirian tanpa diketawain orang, pake baju apa aja, model apa aja tanpa peduli kritikan. Segala hal dipandang menjadi manusia harus memiliki kebebasan yang hakiki, seutuhnya. Ketika apa yang kamu bicarakan berbobot, orang akan menilai kamu pintar, hebat, ngga peduli kamu religius atau atheis. Somehow, menyenangkan sekali.



tapi bagiku, kesenangan semacam itu, tidak selalu mendamaikan.

dan kedamaian, bisa di dapat dengan bermunajat mesra dengan Nya.

dunno what is dat

sunset in leipzig
olla!
cekrik!

interior court in Leipzig
caution!

Tidak ada komentar