arigatou gozaimasu, dear lovely fellas! |
Beberapa
dari kami, termasuk saya, sampai menangis terharu. Umemura sensei dan Soko,
mengantarkan kami hingga bandara. Pagi itu adalah pagi terberat buat kami yang kopernya overload. Hampir semua dari kami, seharusnya, membayar kelebihan bagasi karena overload. Namun beberapa beruntung karena masih bisa nitip-nitip barang di koper temen lain yang longgar, atau nitip atas nama teman lain gitu.
Saya, tentu saja, termasuk yang overload.
Saya, tentu saja, termasuk yang overload.
Saya hanya membawa 1 koper ukuran sepinggang, lebih besar daripada yang saya bawa ke Jerman Juli 2013 lalu yang hanya sekitar se betis, dan 1 carrier bag. Saya bawa koper lebih besar dengan pertimbangan baju-baju tebal karena saat itu winter dan oleh-oleh yang akan makan tempat. Karena saya nggak mau repot bawa lebih dari 2 tas, jadi aku putuskan untuk ngeringkes itu semua di satu koper. Juga, diluar perkiraan. Dulu waktu ke Jerman dan karena kami rombongan ber 8, beban bawaan para traveler dihitung akumulatif, tidak per-orang. Sistem ini membawa keuntungan, jadi yang overload akan secara otomatis jadi beban koper lain yang nggak overload. Nah entah gimana, mungkin ada keterangan tertentu saat booking tiket atau bikin itinerary, saat naik China Airlines ini nggak dihitung akumulatif melainkan sendiri-sendiri. jadi kalo overload, harus nyari2 sendiri bisa nitip ke siapa, atau ya ngerogoh duit buat bayar.
Dengan kondisi antrian yang mulai mengular dan teman-teman lain yang juga gupuh mau nitip ke siapa, saya jadi bingung dan sungkan berat. Pasalnya, kalo harus ngebuka koper dan bongkar-bongkar, akan sangat ribet dan makan waktu. Saya saja bersyukur banget malam sebelumnya pas packing, koper masih bisa berdiri tegak dan nge-nutupnya saja harus di dudukin dulu. Ada seorang teman yang overload banget, sampe puluhan kg dan dia menunggu teman lain yang ngantri dan nitipin barangnya. Dan saya kira, hanya tinggal satu teman yang kopernya masih bisa dijejali barang titipan. Entah suatu keputusan yang tepat atau tidak karena diputuskan ditengah kegupuhan dan dalam kondisi masih ngantuk, saya akhirnya meminjam uang Anis dan kemudian ditambahkan dengan sisa lembaran yen yang masih tersisa di dompet hingga terkumpul 8.500 yen. Bagasi saya kelebihan 2 kg, sedangkan harga per kg nya adalah 4.250 yen. Suchuwādesunya baik, saya yakin saya sebenernya kelebihan beberapa kilo tapi di diskon jadi 2 kg saja. Popo beda cerita, dia harus ngeluarin duit sampe beberapa puluh ribu yen, seingat saya.
Saya langsung lemes, ulang tahun malah tekor. Dalam hati saya bergumam bahwa ini adalah pelajaran besar biar ntar kalo ke luar negeri lagi harus nyari trik biar nggak overload. Sisi lain saya bertanya-tanya, apa ini bagian dari teguran? apa maksud teguranNya? apa saya kurang amal ya? apa saya berlebih-lebihan ya?
Saya memutuskan untuk duduk dan mencoba rileks, menunggu teman-teman lain yang masih ngantri. Aulia tiba-tiba mendatangi saya, memeluk, dan berucap, "bunda jadinya bayar ya? nggak papa ya, semangat. tadi sayang banget sebenernya masih ada yang kosong tapi udah masuk duluan, pada nggak ngasih tauin.."
Nggak ada yang salah dari kalimatnya Aul, tapi entah, saya tiba-tiba buetek pake k. Saya pun hanya berucap, iya nggak papa, kemudian menjauh dari Aul dengan muka cemberut dan cari tempat duduk lain. Aul jadi terbengong-bengong dan kelihatan serba salah.
Beberapa menit setelahnya saya mengambil nafas dalam dan mencoba berpikir jernih dan menyadari betul bahwa itu adalah salah saya, bukan salah teman yang tidak mau menawarkan sisa bagasinya, bukan salah aul yang telah menginfokan. Saya jadi ngerasa bersalah banget udah jutek sama Aul dan sempat su'udzon dengan teman lain yang lebih dulu masuk. Saya bertingkah bodoh dan itu sangat menyebalkan, saking sebelnya sama diri sampe pengen nangis, ini hal yang selalu saya rasakan kalo abis bertingkah atau berucap bodoh.
Akhirnya saya minta maaf sama Aul dan dia pun bermurah hati memaafkan. mumumumu....
***
Saya masih meneguk susu vanila kotak ukuran sedang sembari muhasabah pagi-pagi karena udah bersikap bego, tekor pula. Tiba-tiba Prapti, Angga, Abang, Anis, Aul, Popo, dan teman-teman yang lain mendatangi saya dan bernyanyi happy birthday, dalam bahasa Jepang. Persis seperti yang kami praktikkan saat pertama kali mendapat asupan ilmu dari Sensei Yukiko Koguchi. Seingat saya yang membawa kue waktu itu adalah Angga lalu beralih ke Prapti yang kemudian Prapti duduk di samping saya dan kami cipika-cipiki. Ia seraya membisikkan sepenggal doa tepat di telinga saya. Saya mengamini dan membalas pelukannya. Saya resmi menangis. Bersamaan saat memeluk Prapti saya melihat tatapan mata yang hingga kini belum bisa saya pahami pasti maknanya. Kue bundar dari pemberian kakek pemilik apartemen yang pernah ditinggali Isma sensei (lupa namanya, eksplanasinya jadi panjang gini hehe), dan lilin tanpa api sebanyak tiga biji dari toppo rasa coklat, menjadi simbol kesederhanaan momen saat itu. Ditengah hiruk pikuk koper overload dan morning flight, mereka masih sempet ngasih surprise.
Surprise itu ada behind the scene nya. Prapti dan Angga ternyata menyadari perubahan ekspresiku saat betek dan mencari ide dan ngajakin temen2 buat bikin surprise biar saya ceria lagi, hahaha kedengarannya kok terlalu istimewa ya, tapi kira-kira gitu lah ceritanya. How sweet you guys are!
Saya pun memberi suapan pertama, kedua, dan seterusnya buat temen-temen, kecuali buat yang pengen ambil sendiri dan temen-temen cowok yang, yah nyimut banget disuapin. hehe.
Beberapa menit sesudahnya, pengumuman dwi bahasa mengisyaratkan bahwa kami akan segera memasuki pesawat. Allah Maha Besar, saya dikaruniai teman-teman spesial di usia ke-21, menikmati nilai dari beberapa momen tertentu yang masih terekam hingga kini, dan mengizinkan saya untuk bertambah tua di empat negara; Jepang, Taiwan, Singapore, dan Indonesia!
Nikmat mana lagi yang hendak terdustakan... :')
***
and the gorgeous photograph are...
and the gorgeous photograph are...
Tidak ada komentar