Memilih Dokter SpOG

review dokter spog di Jogja

Kehamilan pertama itu selalu menjadi yang paling menegangkan ya. Nggak hanya kehamilan sih, semua yang “serba pertama” atmosfernya hampir selalu begitu: menegangkan, bikin bahagia banget, bisa juga bikin parno.

Aku dan suami memutuskan untuk mencari dokter SpOG terbaik untuk kehamilan pertama ini. Bukan tanpa alasan atau malah untuk sekedar gaya-gayaan. Pertama, aku tipe orang yang mudah sakit. Dua, kami tipe pasangan yang banyak nanya dan nggak semua dokter bisa menjelaskan dengan baik. Tiga, kami ingin meminimalisir resiko gejala dan penyakit menurun apapun terhadap anak. Aku punya asma dan hipertensi yang merupakan turunan dari ayah, inginnya sih ga turun juga ke anak ya. Jadi kami butuh dokter dengan kriteria kami dan dengan alat yang memadai dan gak dikit-dikit obat. Gak harus mahal, gak harus yang jauh, yang penting sesuai kriteria dan dekat dengan rumah.

Wih.. ada gak ya?

Beberapa teman dan saudara memilih untuk periksa dan lahiran di bidan, alasannya agar bisa normal (mostly bidan akan mengusahakan ini ya) juga agar menghemat budget. Setau aku, di luar negeri profesi bidan itu hampir selalu jadi rujukan para bumil. Disini, aku amati baru sebagian kecil bidan yang “naik kelas” dengan mengadakan terapi hypnobirthing, water birth, juga edukasi-edukasi yang lain. Belum menyeluruh. Oleh karena itu aku tetep lebih sreg ke dokter SpOG untuk periksa kehamilan.

Nah ini kriteria untuk mencari dokter SpOG menurut aku. Beberapa poin mungkin bisa jadi tambahan info dan pertimbangan buat memilih dokter yang sesuai menurut temen-temen sekalian:
1. Komunikatif.
Ini penting buanget nget nget. Sebagian besar dokter, saking ramainya pasien juga ya, irit bicara dan irit mengedukasi pasien. Kayak nanggung gitu dalam memeriksa pasien. Sepengalamanku, tidak semua dokter akan menyampaikan do’s and dont’s selama kehamilan, ada yang nunggu ditanya baru dia jelaskan. Problemnya adalah masyarakat itu kan umumnya awam dengan dunia medis dan apa yang sedang terjadi di tubuhnya. Kalau dokter gak komunikatif, ya kasian pasiennya dong. Aku juga apresiasi banget sama dokter yang mau ngoret-ngoret kertas hanya untuk menjelaskan dengan rinci keluhan / kondisi pasien. Bahkan ada juga dokter yang bisa dikontak via WA.

2. RUM (Rational Use of Medicine)
Bahasa gaulnya adalah gak gampang ngasih obat. Dikit-dikit antibiotik, nah ini yang perlu kita hindari ya. Cari dokter yang hanya akan memberi obat sesuai kebutuhan pasien. Kalau perlu cari dokter yang lebih suka “mencegah daripada mengobati”.

3. Peralatannya memadai
Pernah aku USG di satu dokter dan lokasi di Jogja, sangat mengecewakan. Nggak jernih sekali displaynya. Waktu dokternya bilang, ini kantung rahimnya. Mana? Isinya cuma bintik-bintik :'D trus waktu ditanya lagi, dokternya nyelimur. Setelah USG di dokter lain, alhamdulillah ternyata terlihat jelas. Kalau alatnya memadai, insya Allah akan kelihatan bagaimana struktur tulang, otak, dan perkembangan organ janin lainnya. Apakah normal atau tidak. Lebih lengkap kalau USG 4D. Walaupun dokter yang nge-USG aku pas 4D bilang kalau kebanyakan USG 4D itu cuma buat hepi-hepi, alias ga penting-penting banget (fyi, aku pas itu juga ga mau USG 4D karna mahal. tapi dipaksa ama eyangnya Mahira hehehe). Tapi setelah aku perhatikan, rupanya USG 4D bisa detail banget, bisa tau bagaimana aliran darah yang keluar masuk jantung, normal atau tidak, dll.

4. Cerdas
Ada dokter yang punya teknik sendiri untuk misalnya, muter si bayi agar mencapai ke posisi, melihat alat kelamin bayi (disaat dokter lain bilang ketutupan, ada lho dokter yang tau celahnya), atau ngasih trik tersendiri agar si bayi mau gerak-gerak saat kita USG.

5. Pro normal, pro ASI, pro Rooming-in
Pro normal disini bukan berarti harus wajib normal. No… maksudnya adalah dengan kondisi yang memungkinkan, si dokter akan mengupayakan yang terbaik untuk lahiran normal. Lalu pro ASI maksutnya disini adalah dokter SpOG maupun SpA yang paham dan gak akan nawarin sufor di hari pertama baby lahir. Mereka cenderung memilih untuk memberi si ibu vitamin perangsang ASI di saat kehamilan dan awal menyusui, juga akan terus mendukung untuk melakukan proses menyusui.

Nah itu kira-kira 5 kriterika dari aku untuk menentukan dokter SpOG terbaik untuk si cinta. Jangan asal memilih dokter yaa :) Selanjutnya insya Allah aku mau ngasih review tentang beberapa dokter SpOG di Jogja, Surabaya, dan dokter spesialis anak di Surabaya dan Malang :)

Tidak ada komentar