Holy-MYTHS: 16 Mitos Setelah Melahirkan

mitos setelah melahirkan, mitos tentang kehamilan, mitos pasca melahirkan, mitos tentang menyusui, mitos ibu hamil, mitus ibu menyusui, mitos kehamilan, mitos yang salah tentang melahirkan, mitos seputar melahirkan, mitos seputar kehamilan
Mitos seputar kehamilan dan melahirkan itu sangaat banyak dan aneh-aneh. Aku kadang heran juga, gimana bisa ya berbagai macam mitos itu bisa diketahui oleh banyak orang di berbagai daerah. Bagaimana penyebarannya? Secara sosial media jaman dulu belum ada. Aku memutuskan untuk berhenti mikir sampe disitu karena kalau tak teruskan bisa bisa jadi tesis. Tapi aku berasumsi bahwa ajaran nenek moyang yang turun temurun diajarkan melalui anak, obrolan dari mulut ke mulut, kisah-kisah, itu ampuh banget sebagai perantara. Bahkan sampe di zaman now yang serba digital ini, dimana sebetulnya kamu bisa banget lho dengan mudah kroscek kebenaran dari mitos, masuk akal gak, ilmiah apa gak. Tapi mostly orang-orang memilih untuk mengikuti apa kata “wong biyen”.

Hingga akhirnya kita semua mengenal tokoh fiktif yang selalu disebut-sebut dalam tiap nasihat seorang ibu ke anak perempuannya, nenek ke cucunya, guru ke muridnya. Orang itu bernama “wong biyen” dan kadang juga bernama “wong jowo”. Kalau di daerah lain (luar Jawa) mungkin mengenal tokoh dengan nama “kata orang dulu”. Mungkin lho ya, coba yang dari luar Jawa bisa sharing juga.

Aku pribadi dulunya cuek bebek sama mitos. Katakanlah mitos yang berbunyi: ojo mangan nang lawang, mengko jodohe adoh. Jangan makan dipintu, nanti jodohnya jauh. Well, aku pikir itu biar kita ga menghalangi orang yang lewat aja. Juga, betapa aku dulu selalu di bully sama bulek-bulek setiap lebaran gegara aku dulu ga bisa masak. Karena kata mereka, jare wong jowo, wong wedhok iku wajib iso masak gawe ngopeni bojo. Kzl banget lah hahaha jadi efeknya akupun males mau interaksi sama mereka lebih intim. Keyakinan ku kuat banget bahwa seorang lelaki itu harusnya cari pendamping hidup, bukan cari tukang masak. Jadi gapapalah masak ga perlu expert banget. Ya gak? Pada akhirnya di masa kuliah jaman jaman ngekos, aku belajar masak sendiri. Inisiatif, biar suami aku nanti gak mencret makan masakanku.

Nah selama hamil dan melahirkan, karena lelah, mood swing, perubahan hormon yang luar biasa, aku jadi super sensi dengan orang-orang yang terus aja berceloteh tentang petuah si “wong biyen” ini. Kadang aku sakit hati, kadang sampai nangis saking parahnya mereka kalau “nasehatin”. Duh bunda dan calon bunda, jangan sampe kalian begitu ya sama orang yang baru melahirkan. Sakitnya tuh disonoo..

Coba ya kita kulitin satu-satu apa aja mitosnya:

1. Orang hamil nggak boleh mandi lebih dari jam 4 sore, nanti lahirannya nggak lancar. Kalau sore hari kasur belum dikebasin, nanti lahirannya nggak lancar juga. Ini yang ngomong tukang pijetnya ibuku. Gegara waktu itu dia ngelihat aku keluar dari kamar mandi jam 17.15an. “ahh segerr…” kataku. Memang seger soalnya aku habis jalan sore wira wiri dan senam di dalem rumah (iya di rumah, soalnya minder mau jalan di luar rumah hiks). Aku waktu itu milih jalan sekitar jam 4 soalnya aku nunggu Bik Tin kelar beres-beres. Siapa itu Bik Tin? Nanti ku dongengin. Begitu denger “petuah” macam itu, aku jadi kesel. Kok tega amat sih ngomong kayak gitu. Ucapan itu bisa jadi doa kan? Padahal aku nggak tiap hari mandi jam segitu. Pas aku diskusi sama suami, dia berusaha berpositif thinking kalau mungkin saja hal itu bisa dijelaskan secara ilmiah. Misal , air di jam segitu mengandung apa dan gimana efeknya untuk tubuh. Okelah, aku terima.

2.  Hamil dan menyusui gak boleh makan pedas! Nanti bayinya ikut kepedesan dan merah. Jangan makan yang ikan, nanti bayinya keasinan. Makan yang putihan aja! Ini bohong besar ya saudara2, aku udah ngalamin sendiri. Selama hamil aku maem pedes terus, kalo gak pedes aku mual. Bayiku bersih dan putih alhamdulillah 😜 selama menyusui juga aku makan yang pedas2, asin, asem, pokoknya makan kesukaanku. Ketimbang dengerin petuah macan ini, aku lebih ngikutin kata suster di RSIA Kendangsari, "bunda wajib happy, makan yang enak-enak dan bergizi." Wokey, siap Sus!

3. Abis lahiran nggak boleh tidur pagi, nanti darah bening naik ke mata. Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan darah bening? Getah bening kali, Buk! Dan kenapa harus ke mata? Kenapa ga ke bibir, dahi, hidung? Sekali lagi, aku lebih menganut apa kata suster, "awal menyusui itu capek banget. Kalau adik tidur, bundanya ikut istirahat atau tidur ya." Siap, Sus!

4. Baju bayi yang udah dicuci nggak boleh diperas dengan cara dililit, nanti bayinya suka molet (meregangkan badan). Responku: lha baju anakku tak cuci pakai mesin cuci eh. Nanti bisa-bisa migren banget dong, bajunya kan muter-muter???
mitos setelah melahirkan, mitos tentang kehamilan, mitos pasca melahirkan, mitos tentang menyusui, mitos ibu hamil, mitus ibu menyusui, mitos kehamilan, mitos yang salah tentang melahirkan, mitos seputar melahirkan, mitos seputar kehamilan
Source: Pinterest

5. Eh, kok lidah anakmu putih gini? Kamu makan yang panas-panas ya?! Responku: Hah? Dalam hati, wadefak! Apa hubungannya? Ini kalimat yang dilontarkan oleh temen ibuku saat jenguk si gendhuk. Spontan aku jawab, “itu kan karena dia minum ASI, te!”

7. Lho kok bayi nya nggak dipakein grito? (baca: gurita bayi). Pada tau kan gurita bayi? Itu lho kain yang ada banyak talinya, terus dipakein dengan cara diikat di perut bayi. Ibuku sudah ngasih banyak banget gritoan ini tapi aku memutuskan untuk nggak pakai atas saran suster di RSIA Kendangsari. Setelah aku baca, memang grito ini nggak bagus buat bayi. Alasan pake grito apa coba? Biar perutnya si bayi nggak genjur-genjur. Aih, kalau ini mah buat emaknya aje!

8. Bayinya kok nggak dibedong? Jare wong biyen, bayi tuh harus dibedong krekep (erat). Bedong cuma dibuka kalau dia ngompol. Responku: yak once again, emang aku bukan pengikut fanatik wong biyen sih. Suster dan dokter nya Mahira ngasih wejangan kalau bayi nggak perlu dibedong terlalu erat karena akan membatasi geraknya, dan lain-lain. Bayi kalau ngerasa ga nyaman, dia akan merespon dengan gerakan tangan. Sehingga bedong cukup di area dada sampai kaki. Itupun nggak boleh terlalu ketat. Aku bersyukur sih, karena menurutku kebijakan (halah, kebijakan..) ini bisa menstimulasi otot bayi.

9. Itu kelaminnya bayi harus dibedakin! Duh jangan ya bundah plis! Bahaya lho, butiran bedak itu lama-lama berpotensi menutupi saluran kencing.

10. Ih, masih usia newborn kok sudah dipakein diapers. Harusnya popok kain aja, ini ibunya malas nih! Grr.. bete banget aku pas denger kalimat ini. Ibunya malas? Dia nggak tau aja pagi siang sore malam aku selalu mencari celah untuk ngerjain tesis (pas itu aku belum sempro). Belum lagi aku urusin bisnis online aku juga. Gitu dibilang malas?! Anyway, mau pakai diapers atau popok kain atau clodi, itu pilihan ya bunda. Aku pilih diapers karena ringkes (yaa maapin aku ya buat pegiat lingkungan hidup atas pilihanku ini, tapi yakinlah aku tipe orang yang suka re-use dan buang sampah pada tempatnya kok!). Tapi memang realitanya begitu, selain melelahkan, aku lebih memilih menginvestasikan waktuku untuk hal produktif lainnya. Alhamdulillah si gendhuk hampir nggak pernah ada ruam kulit. Bisa dihitung jari ada ruam, nggak sampai 5x. Apa rahasianya? Diaper cream dong! Fyi, diaper cream yang aku pakai dari jaman newborn sampai sekarang gendhuk usia 18 bulan, belum habis lho. Hemat nget.

11. Lho, anaknya nggak dikasih pisang? Kasian lho perutnya bunyi, dia kelaparan! OMG! Masa aku harus datengin dosen untuk ngasih kuliah sih, kalau pencernaan bayi sebelum 6 bulan apalagi newborn itu belum sempurna dan mampu untuk mencerna makanan padat?

12. Ibunya kok tidur siang sih? Kenapa kacang? Why nut?

13. Oh, bayinya masih melekan malam ya? Jare wong biyen nanti kalau sudah selapan, bayi ga akan melekan lagi kok. Oh ye? Faktanya, Mahira masih suka melekan sampe usia 2,5 bulanan.

14. Kalau bayi sakit mata, jare wong biyen obatnya cukup ditetesin ASI aja? Hah?! Aku bakal tajir melintir dong! Dahlah perusahaan obat mata kukut aja, aku bersedia jual ASI yang pasti ampuhnya!

15. Ari-arinya bayi harus dikasih kaca, pensil, buku, supaya nanti anaknya cantik dan pinter. Ya Allah Yaa Rabbi.. gimana ya, mereka tuh menganggap yang namanya ari-ari atau plasenta itu kembarannya bayi. Terus harus dipendem / dikubur didalam kendi, dibumbui (iya, dikasih bumbu rempah-rempah gitu!), dan dikasih printilan macam diatas tadi. Berlebihan gak sih? Apalagi mereka menyuruh dan memaksa serta mengintimidasi suamiku untuk mengadzani si "kembaran bayi" itu. Suamiku sampai sedih sekali waktu cerita ke aku, akupun nggak ada daya karena pada saat itu aku masih terbaring lemah di kasur rumah sakit. Tekanan ini datang dari kedua keluarga kami lho, baik dari pihak ortuku, mertua, dan pihak ketiga (lingkungan, satpam, rewang, beuh..).

16. Bayinya harus diputar ke kanan, kiri, atas, samping, depan, biar nggak peyang! Aku nggak nurutin yang satu ini. Ini pilihan ya bundaa, ada yang mau nurutin monggo. Aku juga nggak ngasih anakku bantal, berhubung dia pun gak doyan pakai bantal. Nah, yang bikin bete, ada seorang teman ibuku yang datang menjenguk sambil "menilai" kepala anakku dengan dilihat kanan, kiri, atas, depan, belakang. Jadi diputer-puter gitu anakku. What the?! Lalu dia bilang, "kepalanya sudah bagus,". OMG! Ini sudah kayak tim penilai akreditasi kampus aja!

Dan sederet mitos kocak lainnya. Gimana cara ngeresponnya? Diketawain aja.

Meskipun kadang tuh, agak makan hati soalnya mereka yang menasihati aku ini cenderung menekan, mengintimidasi. Sebab aku adalah seorang ibu muda yang sangat minim pengalaman, dan harus manut dengan para senior. Nggak jarang mereka sampai meninggikan suara. Bersyukur banget sih masa-masa itu telah terlewati. Kadang aku cuma ketawa miris aja dan cerita sama suami.

Pernah ngalamin juga nggak, Bund?

2 komentar

  1. kalo misal yg gk penuhin keinginan ngindam berimbas ke anaknya jadi tukang ngiler itu hoak bukan ya ?

    BalasHapus