My Happy Life Before 40s – Tiga tahun lalu, aku resmi “masuk” ke
lingkaran sandwich generation (SG). Sebuah pengalaman yang cukup
ekstrem, sebab umumnya SG terjadi di usia 30-40 sedangkan aku mengalaminya di
usia 20an.
Nah, apa sih sandwich generation itu? Lihat gambar dibawah ini ya:
Menjadi Sandwich Generation di Usia 23 Tahun
Romantisme di awal pernikahan tergeser oleh realita
pahit yang harus kami telan. Pertama, utang mertuaku rupanya mencapai ratusan
juta, jumlah yang tidak sedikit untuk masyarakat menengah kebawah. Kedua, kami
harus berupaya keras mengubah mindset mertuaku agar berkenan
menyelesaikan utang di rentenir. Di usia pernikahan yang masih sangat muda,
badai finansial ini tentu menjadi pukulan berat bagi kami.
Pada tahun kedua pernikahan, kami dikaruniai seorang
bayi lucu yang membutuhkan perhatian dan biaya yang tidak sedikit. Namun,
energi, pikiran, dan tabungan kami lebih banyak tergerus untuk kepentingan
mertua. Bahkan seringkali kami berdua menunda kebutuhan pribadi.
Kalau sudah begini, tidak ada opsi lain selain move on dan memetakan strategi! Drama demi drama, pelan tapi pasti, utang rentenir lunas. Rumah yang hampir
disita pun bisa kami pertahankan. Kemajuan signifikan ini membuat kami makin ingin keluar
dari lingkaran SG secepatnya.
Tiga Tips Cerdas untuk Sandwich Generation
Pertama, suami-istri perlu memegang rincian beban orang tua kemudian tentukan alokasi dana bulanannya. Kedua, jika
orang tua termasuk yang suka menjaminkan rumah, tahan saja sertifikat rumahnya.
Ketiga, buat perencanaan yang matang, mulailah memilih asuransi serta investasi terbaik. Mumpung masih muda,
jadi bisa prepare lebih awal jika mulai investing dari sekarang.
Baca juga: Sandwich Generation: Mengurai Penyebab dan Menggali Solusinya
Baca juga: Sandwich Generation: Mengurai Penyebab dan Menggali Solusinya
https://ekonomi.kompas.com/read/2013/12/19/1022518/Ini.Solusi.Bagi.Sandwich.Generation
Aku baru tahu istilah sandwich generation ini mba..
BalasHapusMakasih infonya. Blm pernah ngalami yang separah itu si mba. Soalnya mertuaku anaknya banyak, jd pas tempo hari bermasalah..ditanggung bareng2...
Nice artikel mba
alhamdulillah mba jika nambah wawasan. mertuaku anaknya cuma 2 mba, adik iparku masih kuliah hihi.. alhamdulillah ada masalah makin menguatkan yah mba :)
HapusJadi sandwich generation ini serba salah ya, mbak. Di satu sisi kita punya kehidupan sendiri. Tapi di sisi lain ada orang tua juga yang perlu dibantu. Saya sih berharap kalau saya tua nanti masih memiliki penghasilan sehingga tidak merepotkan anak
BalasHapusbetul mba, itupun yang jadi harapan saya ama suami. semoga kita bisa mempersiapkan generasi lebih baik ya mba :)
HapusJadi ingat story jouska mba. Kita nggak bisa ngelak kalau kena sandwich generation, tapi kita bisa memutus mata rantai sehingga jangan sampai mewariskan sandwich generation ke anak kita.
BalasHapusnah mba akutu kalo baca storiesnya Jouska, ketampar2 banget wkwk.. betul mba setuju banget, emang perlu tenaga extra untuk memutus mata rantai. Tapi pasti bisa, insyaallah..
HapusSaya juga menjadi sandwich generation mba. Jadi sandwich generation itu memang perlu hati yang lapang ya mba. Saya dan suami sampai berjanji pokoknya kita enggak boleh menyusahkan ortu dan memberatkan anak nanti di masa depan. Salut sama mbak yg msh mau membantu masalah hutang orang tua di tengah banyaknya kebutuhan rumah tangga :)
BalasHapusbetul mba itu kuncinya, kudu ikhlas dan yakin kalau Allah pasti ngasih jalan. stay strong ya mba :)
Hapuswah, bru tahu nih istilah sandwich generation.....tfs mbak
BalasHapussama-sama mbaa alhamdulillah semoga bermanfaat yah :)
Hapuswow mantabbb kakak asuransi memang membuat kita tenang di hari tua yess hehee
BalasHapusiyes kaak pilih2 juga asuransinya heheh makasi dah mampir ka joe
HapusAamiin, seoga kita semua terhidar dari jebakan lingkaran setan lingkaran sandwich generation
BalasHapusBaru tahu tentang ini.
BalasHapusSungguh, aku kira tadi tentang makanan. Duh...
Sangat mencerahkan, terima kasihku, mbak :*.