Keterlibatan
orang tua dalam pendidikan dan pengasuhan anak menjadi perihal yang sangat
berharga di era kekinian ini. Anak kita, semakin dewasa, semakin membutuhkan
pendampingan, pengalaman, serta contoh yang baik yang dapat mereka lihat di
rumah. Sebab, apa yang anak dapatkan di rumah akan dibawa ke kehidupanya di
sekolah, dalam pergaulan, dan bahkan di dunia maya. Keterlibatan yang minim
dari orang tua dalam pendidikan dan pengasuhan anak, memungkinkan adanya gap atau jarak antara orang tua dan
anak. Jarak yang semakin lebar antara keduanya, dapat memperburuk situasi,
terutama ketika anak mengalami masalah.
Masalah pada
anak di era kekinian pun beragam. Salah satu yang harus terus mendapat perhatian
adalah permasalahan bullying atau
yang dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai tindakan perundungan. Bullying merupakan masalah yang masih
saja terjadi di lingkungan sekolah, keluarga, dan bahkan meluas ke dunia maya
yang dikenal dengan istilah cyber
bullying atau tindakan perundungan di dunia maya.
Bullying di Indonesia
Kasus bullying di Indonesia
seperti fenomena gunung es, yakni hanya sedikit yang terlihat namun sebetulnya
mengakar kuat di lingkungan anak dan bahkan pola pikir pelaku bullying ini secara tidak sengaja juga
dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Baik bullying secara tradisional maupun di dunia maya, sama-sama membawa
bahaya yang besar, berdampak domino, serta menjadikan korbannya depresi. Sebanyak 10% diantaranya
bahkan sampai melakukan percobaan bunuh diri.
Umumnya, anak yang sensitif, kurang bisa bersosialisasi, anak yang mudah
gelisah, pasif, anak yang cenderung mengalah, anak yang mudah depresi, anak
yang memiliki kekurangan, anak yang terlalu cantik, berprestasi, maupun populer
juga dapat menjadi korban bullying
yang potensial. Masalah ini bukanlah perihal sepele, apalagi di era digital
ini, bentuk bullying sudah mencapai
ranah cyber bullying yang dapat dilakukan di luar sekolah dan kapan
saja, tanpa sepengetahuan orang tua.
Penelitian dari University of Oxford,
Warwick, Bristol, dan UCL menunjukkan bahwa anak-anak yang sering dibully
baik oleh teman maupun saudaranya sendiri berpotensi dua kali lebih besar
mengalami depresi saat dewasa. Selain itu, mereka juga berpotensi melakukan
penganiayaan terhadap diri sendiri, serta sangat memengaruhi kesehatan mental.
Perilaku bullying juga dapat
memperpanjang rantai kekerasan, dimana anak yang pernah dibully memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindakan bullying
yang serupa kepada orang lain, bahkan termasuk kepada anaknya sendiri di masa
depan.
Saat saya mencoba melakukan survey kecil-kecilan di Instastory @NabillaDP, dari 45 responden, sebanyak 39 orang mengaku pernah mengalami tindakan perundungan di masa kecil maupun tindakan perundungan di dunia maya. Beberapa bahkan dengan gamblang cerita bahwa rasa trauma tersebut masih disimpan hingga dewasa.
Saat saya mencoba melakukan survey kecil-kecilan di Instastory @NabillaDP, dari 45 responden, sebanyak 39 orang mengaku pernah mengalami tindakan perundungan di masa kecil maupun tindakan perundungan di dunia maya. Beberapa bahkan dengan gamblang cerita bahwa rasa trauma tersebut masih disimpan hingga dewasa.
Komunitas anti bullying Sudah
Dong mencatat sebanyak 10% siswa korban bullying
keluar atau pindah sekolah karena menghindari bullying, sebanyak 71% siswa menganggap bahwa bullying merupakan masalah serius di sekolah mereka, serta sebanyak
90% pelajar kelas 4 SD sampai 2 SMP melaporkan telah menjadi korban bullying di sekolahnya.
KPAI mencatat pada tahun 2016 terdapat 81 anak korban bullying di sekolah. Disisi lain, juga
terdapat data pada tahun yang sama yang dihimpun oleh KPAI bahwa terdapat 93
anak pelaku bullying di sekolah. Data lain yang tidak kalah mengejutkan adalah sebaran kasus perundungan di berbagai wilayah, dengan angka tertinggi di Ibu Kota negara kita. Data di bawah ini diambil dari Bank Data KPAI:
Provinsi DKI Jakarta menempati urutan kasus bullying terbanyak. Berikut data korban bullying di DKI Jakarta. Sumber: Bank Data KPAI |
Provinsi DKI Jakarta menempati urutan kasus bullying terbanyak. Berikut data korban bullying di DKI Jakarta. Sumber: Bank Data KPAI |
Realita bahwa anak dapat menjadi korban dan juga ada yang menjadi pelaku membuat sulitnya memutus mata rantai tindakan perundungan ini. Pelaku pun, suatu saat juga bisa menjadi korban karena tindakan membully-nya itulah dia jadi berpotensi untuk dibully oleh orang-orang sekitar. KPAI berpendapat, perlu adanya peran aktif keluarga dan lingkugan untuk memberikan edukasi. Baik korban maupun pelaku, sama-sama tidak boleh ditinggalkan.
Mengenal Bullying: Jenis dan Penyebabnya
Kata bullying menurut KPAI adalah
kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan seseorang atau
kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu memertahankan diri.
Sementara menurut Komunitas "Sudah Dong" dalam Buku Panduan melawan Bullying menyebutkan bahwa bullying merupakan segala bentuk
penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau
sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, bertujuan
untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Parahnya, bullying pada anak tidak
hanya terjadi di sekolah tetapi juga dapat terjadi di lingkaran keluarga serta
di dunia maya. Terdapat beberapa jenis bullying,
yakni:
Pertama, verbal bullying atau pelecehan verbal. Bentuk pertama ini mencakup pemanggilan
nama, penghinaan, sindiran, intimidasi, komentar rasis, atau pelecehan secara
verbal yang dilakukan dengan kata-kata dan dilakukan secara terus menerus. Hal
ini dapat membuat orang yang di bully
merasa tidak nyaman, tersinggung, bahkan malu.
Contoh: ketika ada seorang anak berkata ke anak yang lain, “Kamu itu gendut buanget, mamamu juga,
papamu juga. duh, sekeluarga gendut semua!”
Lingkungan kita mungkin ada yang menganggap anggapan bahwa ucapan yang
seperti ini termasuk kategori bercanda. Padahal, tidak semua anak menyerap kalimat
tersebut sebagai candaan belaka.
Kedua, physical
bullying atau membully dengan melibatkan fisik. Jenis ini biasanya melibatkan pukulan,
intimidasi fisik yang agresif, menendang, mendorong, mencubit, hingga menyentuh
dengan cara yang tidak diinginkan dan tidak pantas. Kekerasan fisik ini bahkan
mampu menyebabkan luka dan trauma dalam jangka pendek maupun panjang.
Contoh: seseorang anak dipermalukan dengan cara ditelanjangi di depan umum;
seorang anak perempuan dijambak rambutnya oleh anak-anak yang mem-bully.
Ketiga, social bullying atau tidakan perundungan sosial, terkadang disebut
juga sebagai intimidasi tersembunyi atau relational
bullying. Bentuk bullying yang satu ini
lebih sulit untuk dikenali dan dapat dilakukan di belakang panggung orang yang
dibully dengan tujuan untuk merusak reputasi seseorang dan menghinanya. Ada
pula bullying dengan taktik tertentu
seperti mencegah seseorang untuk bergabung ke sebuah kelompok, misalnya hanya
untuk sekedar makan siang di meja, saat permainan, saat olahraga, ataupun saat
aktivitas sosial. Social bullying ini
juga bisa terjadi di lingkaran keluarga.
Penindasan sosial ini meliputi: berbohong dan menyebarkan gosip, penampilan
mengancam atau menghina, bermain lelucon jahat untuk mempermalukan seseorang,
mengecualikan seseorang secara sosial, hingga merusak reputasi sosial
seseorang.
Contoh: seorang anak yang sering berprestasi dan menjadi juara kelas justru
dikucilkan teman-temannya karena dianggap tidak gaul.
Keempat, cyber bullying atau tindakan perundungan yang terjadi di dunia
maya. Perilaku bullying ini muncul sebagai salah satu
dampak negatif era digital. Pelaku dan korban saling terhubung di dunia maya
dan tindakan perundungan dilakukan secara terang-terangan maupun terselubung
dengan menggunakan teknologi digital, gadget seperti komputer dan smartphone,
aplikasi seperti media sosial, dan platform
online lainnya.
Cyber bullying
dapat terjadi kapan saja, dapat dilakukan di depan umum ataupun secara pribadi.
Cyber bullying dapat meliputi email
atau postingan teks, gambar, maupun video atau tulisan yang mengganggu,
menyakitkan, sengaja mengecualikan orang lain secara online, menyebar gosip atau rumor buruk di media sosial, meniru
orang lain secara online atau
menggunakan akun mereka untuk menulis sesuatu yang merendahkan diri pengguna.
Contoh: ada teman sekelas yang masuk ke akun Twitter seorang anak dan dengan
sengaja memposting foto dirinya yang memalukan.
Tindakan perundungan atau bullying ini
tidak terjadi begitu saja. Terdapat beberapa penyebab bullying pada anak baik yang terjadi secara tradisional seperti di
lingkungan sekolah dan rumah, serta bullying
di dunia maya. Beberapa penyebab yang mungkin menimbulkan tindakan bullying pada anak meliputi:
1. permusuhan. Hal ini bisa berupa rasa kesal sakit
hati, atau bahkan karena tidak suka lantaran alasan terentu (karena fisik,
status sosial, prestasi, dan lain-lain) diantara teman yang dapat menjadi
pemicu seseorang melakukan tindakan bullying
kepada orang lain.
2. rasa kurang percaya diri dan mencari
perhatian. Seseorang yang kurang
percaya diri seringkali ingin diperhatikan, dan kacaunya, salah satu tindakan
yang ia ambil adalah dengan melakukan bullying.
Dengan mem-bully orang lain, ia
cenderung merasa lebih puas, kuat, dan merasa dominan.
3. perasaan dendam. Seseorang yang pernah disakiti atau
ditindas biasanya menyimpan rasa dendam yang ingin disalurkan kepada orang lain
dengan cara bullying, tujuannya agar
dendamnya terlampiaskan dan orang lain merasakan hal yang sama.
4. pengaruh negatif dari media. Misalnya televisi, internet, dan lain
sebagainya yang memberikan contoh buruk yang bisa menstimulasi anak untuk
melakukan tindakan bullying tanpa
alasan yang jelas. Oleh karena itu sangat penting pendampingan orang tua dalam
interaksi di dunia maya.
5. warisan pola pikir dari keluarga. Keluarga adalah unit yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai pada anak. Jika ada keluarga yang mewariskan, baik dengan sengaja maupun tidak, tindakan bullying pada anaknya, si anak dapat dengan mudah menirukan dan melakukan bullying kepada orang lain.
Berikut ada wawasan yang menarik dari Sahabat Keluarga Kemdikbud mengenai perundungan atau bullying dengan media video. Bisa disimak disini ya:
Berikut ada wawasan yang menarik dari Sahabat Keluarga Kemdikbud mengenai perundungan atau bullying dengan media video. Bisa disimak disini ya:
Tanda-tanda Anak Mengalami Bullying
Orang tua dapat mengenali tanda-tanda anaknya mengalami bullying dengan melihat tiga aspek yakni
perubahan tanda secara emosional, tanda fisik, tanda perilaku di sekolah, serta
tanda-tanda lainnya. Tanda dan perubahan perilaku dan emosi pada anak
ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. perubahan pola tidur dan pola makan;
2. lebih sering marah dan menangis;
3. mengalami mood swing atau
perubahan mood yang drastis;
4. selalu merasa sakit di pagi hari;
5. tiba-tiba menjadi gagap dan tidak percaya diri;
6. menjadi agresif;
7. enggan terbuka mengenai beberapa hal;
8. mulai menarget atau meluapkan emosinya pada saudaranya (adik atau kakak);
9. tiba-tiba mulai mencuri uang atau kehilangan uang dalam jumlah banyak.
Sementara tanda berupa perubahan fisik yang perlu diketahui orang tua adalah:
1. terdapat beberapa bekas pukulan, luka, maupun goresan yang enggan anak
tampakkan atau tidak mau ia bicarakan;
2. pulang ke rumah dengan kondisi seragam rusak atau ada yang hilang;
3. pulang ke rumah dengan kondisi yang sangat lapar.
Orang tua juga perlu lebih cermat dalam melihat perubahan perilaku anak di
sekolah seperti:
1. anak tidak mau pergi ke sekolah;
2. anak mengubah rute ke sekolah atau minta diantar (jika biasanya berjalan
kaki atau naik sepeda);
3. tidak mau pergi ke sekolah menggunakan kendaraan umum ataupun fasilitas
penjemputan sekolah;
4. prestasinya menurun.
Selain ketiga tanda-tanda di atas, terdapat beberapa tanda lainnya seperti:
1. sering sendiri, menyendiri, atau dikecualikan dari kelompoknya di
sekolah;
2. selalu menjadi target penghinaan di sekolah;
3. tidak berani dan sangat malu untuk muncul dan berbicara di depan kelas.
Pelibatan Keluarga untuk Mencegah Bullying dengan Langkah C.E.R.M.A.T
Keluarga menjadi salah satu lembaga paling dasar, unit terkecil dalam
masyarakat dan paling dekat dengan anak yang dapat membantu mencegah serta
melakukan langkah awal dalam mengatasi bullying
anak di era kekinian. Pelibatan keluarga ini dapat dilakukan dengan 5 langkah
yang saya singkat menjadi 5 langkah C.E.R.M.A.T, yakni:
C untuk Cinta
Orang tua dapat melakukan pencegahan bullying
dengan cara mengajarkan cinta kasih antar sesama kepada anak-anak. Sebagai
orang tua, penting untuk memilih lingkungan yang baik sejak dini, mendampingi,
serta mencontohkan perilaku cinta kasih. Dengan hati yang penuh terpenuhinya
kebutuhan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, anak tidak akan dengan
mudahnya terpikir untuk melakukan tindakan bullying,
akan lebih terbuka dengan orang tua, serta dapat melindungi dirinya dari bullying.
Beberapa tindakan Cinta Kasih yang dapat kita ajarkan sebagai orang tua
adalah:
1. membiasakan sentuhan-sentuhan yang baik
dan positif. Misalnya pelukan sebelum berangkat sekolah, menggenggam tangan saat anak
membutuhkan, dan membelai serta mencium kening anak sebelum tidur. Dengan
adanya sentuhan positif ini, anak akan merasa dekat dengan orang tua dan tidak
akan sungkan bercerita apabila mengalami bullying. Selain itu, sentuhan positif mencegah anak untuk
melakukan bullying secara fisik.
2. mengajarkan nilai-nilai agama. Orang tua perlu mengenalkan nilai-nilai
agama yang penuh dengan kasih sayang, misalnya larangan untuk menyakiti sesama.
E untuk Emosi
Orang tua perlu melakukan kedekatan emosional. Membangun kedekatan secara
emosional dengan anak membuat kita sebagai orang tua mengetahui lebih dalam
mengenai diri anak serta lingkungannya. Terhubung secara emosional dengan anak
dapat membuat anak mudah bercerita dan berkomunikasi dalam kondisi apapun,
termasuk ketika ia menjadi korban bullying
atau melihat pelaku bullying di
sekolah maupun di dunia maya.Kedekatan emosional sesungguhnya dapat dibangun
sejak bayi, namun apabila orang tua belum melakukannya, tentu tidak ada kata terlambat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam membangun kedekatan emosional
dengan anak adalah:
1. membangun rasa percaya diri pada anak;
2. memupuk keberanian dan ketegasan pada anak;
3. mendengarkan dan hadir untuk anak;
4. berbicara baik kepada anak.
Tips membangun jiwa atau emosi anak sejak dini. (sumber: halaman Sahabat Keluarga Kemdikbud) |
Orang tua
juga tidak perlu khawatir dan bingung bagaimana cara untuk memulai kedekatan
emosional dengan anak. Sebab, sekarang Indonesia memiliki Sahabat Keluarga Kemdikbud yang menyajikan puluhan buku elektronik yang dapat diunduh secara
GRATIS! Berikut saya berikan gambar yang informatif untuk mengunduh buku
panduan bagi orang tua melalui laman Sahabat Keluarga Kemdikbud:
R untuk Role Model
Ada pepatah Children See, Children Do yang berarti anak melihat dan
kemudian anak melakukan. Orang tua merupakan panutan yang pertama dan utama
bagi anak. Perilaku orang tua akan dengan mudah ditiru dan diaplikasikan ke
lingkungan sosialnya. Misalnya saja, orang tua yang kurang harmonis dan
memperlihatkan pertengkaran atau bahkan tindakan KDRT di depan anak, bukan
tidak mungkin jika anak akan menerapkan apa yang ia lihat maupun melampiaskan
kekesalan dan emosinya dengan tindakan bullying.
Orang tua juga dapat menjadi alat penjaring dalam menjaga lingkungan
keluarga agar bebas dari bullying,
baik dalam lingkungan internal keluarga misalnya ada anggota keluarga yang gemar
mem-bully, maupun lingkungan
eksternal keluarga, misalnya tetangga dan lingkungan rumah.
Beberapa hal yanng dapat dilakukan orang tua adalah:
1. membangun visi dan misi yang baik dalam keluarga;
2. mengedukasi perilaku buullying
yang buruk di internal maupun eksternal keluarga dan meminta anak untuk
memahami akibat dari pelaku maupun korban bullying;
3. menanamkan peran dan contoh yang baik pada anak, misalnya sayang kepada
adik, hormat kepada kakek nenek, dan lain sebagainya.
M untuk Mendampingi
Proses pendampingan ini ada kaitannya dengan poin role model di
atas, dimana orang tua harus mampu mendampingi anak baik sehari-hari maupun
apabila sudah menjadi pelaku maupun korban bullying.
Dalam proses pencegahan, orang tua bisa mengarahkan tentang cara bergaul yang
baik serta cara memilih pergaulan yang sehat, serta memberikan edukasi efek
negatif apabila berkumpul dengan teman-teman yang kurang baik. Proses
pendampingan ini perlu dilakukan dengan cara yang baik dan perlahan agar anak
dapat menerimanya dengan positif dan tanpa paksaan.
Pendampingan juga perlu dilakukan di dunia maya, terutama dalam hal
penggunaan media sosial. Buatlah kesepakatan dengan anak mengenai pembuatan
akun yang harus dimoderasi oleh orang tua serta batasi media sosial maupun
website yang dapat diakses untuk anak sebelum waktunya.
Pendampingan oleh orang tua apabila anak sudah menjadi pelaku ataupun
korban dapat berupa:
1. pendampingan konseling;
2. pendampingan dalam penyelesaian masalah, baik di sekolah maupun ketika
berhadapan dengan hukum;
3. pendampingan dalam keseharian, misalnya mengetahu kapan waktu yang pas
bagi anak untuk bercerita tentang tindakan bullying
yang dialami atau dilakukannya. Usahakan tidak ada nuansa penghakiman.
Kesabaran serta kemampuan orang tua untuk mendengarkan dengan baik sangat
dibutuhkan dalam proses pendampingan ini.
A untuk Analisis
Orang tua perlu memiliki kemampuan analisis atau bahasa gaulnya kepo
tingkat tinggi dengan lingkungan pertemanan anak baik di sekolah maupun di
dunia maya. Kemampuan ini mampu membantu orang tua untuk mengidentifikasi
dengan baik apakah anaknya termasuk dalam korban maupun pelaku bullying.
Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam proses analisis adalah
sebagai berikut:
1. mencari tahu lingkungan pertemanan anak di sekolah dan mengenal
teman-teman anak dengan baik;
2. mencari tahu lingkungan pertemanan anak di media sosial. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara berteman atau memoderasi media sosial anak. Selain itu,
orang tua dapat melakukan diskusi dengan anak mengenai perilaku cyber bullying, dengan ini orang tua
dapat melihat bagaimana pandangan si anak.
T untuk Tegur
Teguran menjadi penting khususnya apabila anak menjadi pelaku bullying atas tindakan yang tidak ia
sadari. Tindakan yang tidak terpuji pada anak kerap terjadi karena orang tua
melakukan pembiaran. Terbiasa memberi reward
dan punishment yang tepat dan
disertai dengan edukasi akan membuat anak mampu memilah perilaku yang baik dan
kurang baik. Hindari berlebihan dalam memberi sanksi maupun teguran karena
dapat memunculkan bibit dendam di hati anak. Teguran ini perlu diiringi dengan
komunikasi yang efektif serta proses edukasi, mengapa ia di tegur dan lain
sebagainya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah:
1. menegur jika anak melakukan kesalahan, misalnya anak melakukan bullying secara verbal. Tanya terlebih
dahulu mengapa ia melakukannya, lebih baik tidak langsung melakukan penghakiman.
2. mengontak sekolah anak, terutama apabila terdapat kasus bullying yang dibiarkan oleh sekolah,
anak menjadi korban, ataupun menjadi pelaku bullying.
Komunikasi yang terbangun baik antara oang tua dan sekolah bisa menjadi alat
untuk mencegah tindakan bullying.
Saya tentu berharap kelima langkah C.E.R.M.A.T dari saya ini dapat membantu
para orang tua dalam melakukan pencegahan bullying.
Bunda punya pengalaman apa seputar isu bullying?
Berbagi disini, yuk!
Foto: freepik.com, canva.com
KPAI (http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/rincian-data-kasus-berdasarkan-klaster-perlindungan-anak-2011-2016)
Parents.com (https://www.parents.com/kids/problems/bullying/common-types-of-bullying/)
Detik (https://news.detik.com/berita/d-3670079/kpai-terima-aduan-26-ribu-kasus-bully-selama-2011-2017)
AMF (https://www.amf.org.au/bullying-advice/bullying-for-parents/types-of-bullying/)
AMF (https://www.amf.org.au/bullying-advice/bullying-for-parents/signs-of-bullying/)
Counseling Connection (http://www.counsellingconnection.com/index.php/2011/11/03/what-causes-school-bullying/)
Masskids (https://www.masskids.org/index.php/bullying/advice-for-parents)
http://www.sudahdong.com/
http://www.sudahdong.com/
#SahabatKeluarga
bagus info nya bun buat saya,apalag anak baru masuk sekolah tahun ini, saya bs belajar, semoga tdk sampai jd korban bullying di sekolah
BalasHapusalhamdulillah mba, semoga bermanfat :) aamiin mba semoga anak bisa bahagia dan prestatif di sekolah ya :D
Hapussama-sama mba tira semoga bermanfat :)
BalasHapusMakasih ya Bunda sharingnya. Bermanfaat banget, dan semoga bisa belajar dan mencegah bully dari diri sendiri. Anakku sendiri pernah di bully....yang bisa aku lakukan adalah menguatkan dia dan fokus pada hal-hal baik.
BalasHapusalhamdulillah bun semoga bermanfaat. wah betul bun, insya Allah belum semangat untuk menguatkan anaknya. semoga tindakan yang sudah terjadi memberinya pelajaran berharga. aamiin :)
Hapuskeren banget langkah CERMAT nya mbak, bisa ku terapkan nih pada keluarga kecilku kelak (kapan yah? smg secepatnya deh hehe)
BalasHapuslah malah curhat maseee :D
Hapus