Bea, dan sedikit tentang jilbab kece dan syar'i
![]() |
Hellooo!! Ki-Ka (nickita, nying-nying, mba desi, max, lutfy, moritz, inaya, wibke, maria, christian, patrick, bu Ika, aku, laura, bu dhiana) |
Di Leipzig kemarin, aku sempet cukup deket dengan salah satu mahasiswi Univ Leipzig. Aku biasa panggil dia Bea. Bea saja, ngga usah ditambahin cukai. Kesan pertama ketemu Bea sebenernya agak ngilfilin. Hari pertama, setelah welcoming breakfast, kami langsung memulai presentasi. Kebetulan, presentator pertama dari FH UB adalah Bu Dhiana yang mengangkat mengenai property tentang kelautan. Selanjutnya, beberapa mahasiswa Leipzig yang dapat jadwal hari pertama. Untungnya, aku kebagian presentasi hari ketiga. FYI, tema besar JSP tahun ini adalah Freedom, Property, and Property Rights. Jatah presentasi dosen adalah 1 jam, sedangkan mahasiswa 45 menit. Lama oy.
Kesan ngilfilin sama Bea ini aku rasa bukan cuma aku yg merasakan, tapi juga semua delegasi FH UB. Kebetulan, Bea lagi flu selama acara JSP berlangsung, dari hari pertama sampe terakhir. Mungkin karena faktor hidung orang-orang bule yg mancung dan gede, dan mungkin juga waktu itu flu nya Bea cukup parah. Kami dikejutkan dengan suara "Srooooottttt..!!" di tengah-tengah presentasi. Aku sendiri kaget banget, kok bisa-bisanya sisi sekeras itu. Biasanya orang Indonesia kan pelan-pelan, apalagi kalo lagi di tengah acara formal dan hening, pasti milih untuk keluar saja agar ngga mengganggu. Nah ini, di los ae. Tapi aku berusaha menahan diri untuk ngga langsung noleh ke sumber suara. Aku mencoba tetep stay cool dan ngelihat sekitar. Ngga ada satupun mahasiswa Leipzig dan dosen-dosennya yang kaget dan mencoba mengingatkan si pembuat suara. Mungkin, suara sisi yang macam itu sudah wajar. Beda cerita sama ekspresi delegasi mahasiswa FHUB yg berusaha menahan tawa, ada yg nunduk-nunduk gigit bibir, ada yg ngikik, macem-macem. Salah satu dosenku aja langsung ngomongin kalo yg demikian jorok banget. hehehe.
Bea ini, adalah presentator yang juga kedapetan waktu presentasi di hari pertama. Menurutku, presentasi hari pertama totally boring dan ngantuk, mungkin karena masih terbiasa sama jam Indonesia. Tapi dari segi teknik presentasi saja, hanya satu mahasiswa Leipzig yg mempresentasikan papernya dengan bagus. Gagasannya yg bagus dan cenderung filosofis, dan setidaknya dia menggunakan visualisasi (powerpoint). Sisanya, ada mahasiswa Leipzig tinggi ganteng dan menurutku cool banget hehehe namanya Patrick, tapi kalo presentasi grogi banget. Tangannya gemeteran dan juga visualisasinya old way banget, pake OHP. Jadi dia nyiapin outline yang di fotocopy di mika gitu. Patrickpun menjelaskan tentang Property Right dalam Konstitusi Jerman. Dan memang kebanyakan mahasiswa Jerman yg presentasi di hari pertama, pembahasannya normatif. Akhirnya diskusipun lebih mengarah pada perbandingan dan bagaimana implementasi di lapangan.
Nickita sampe berbisik ke aku dan Lutfy, kalo begini aja mah ngga bakal lolos seleksi, bu Afifah pasti minta dia untuk ngasih contoh. Aku sama lutfy manggut-manggut imut.
Giliran Bea presentasi, dia tidak membawa sehelai kertaspun, apalagi visualisasi. Dia bahkan meminjam outline milik Patrick. Sebenernya presentasi Bea bakal menarik, karena akan mengungkap public goods yang ada di konstitusi Jerman. Bea ini pernah tinggal di Irlandia, jadi bahasa Inggrisnya faseh dan cenderung agak beraksen British. Means, buat aku, agak sulit untuk di cerna. Karna aku mulai boring, aku mengalihkan perhatian ke Mbak Desi ama Nying-Nying yang daritadi ketawa cekikikan karena alasan ngga jelas. Ngeliat nying-nying yg ketawa sampe mukanya merah, aku jadi geli sendiri dan ikut senyam senyum. Aku kira dia ngetawain salah satu dosen kami, ternyata dia ngetawain susu coklat yg rasanya aneh. Bz ngga penting. Aku kembali mengalihkan fokus ke diskusi.
Kira-kira masih seperempat materi, Bea agak kebingungan untuk melanjutkan. Aku sendiri daritadi bingung ni anak ngomong apaa, soalnya banyak "ehem" "mmm" nya. Anna, dosen mereka yang juga seorang person in charge dari pihak tuan rumah, request agar Bea segera menyampaikan apa yg menjadi fokus diskusinya. Nah, tiba-tiba Bea ngeblank entah kenapa. Dia nunduk, dan menjawab "I don't know.."
Mendengar jawaban seperti itupun, Anna mencoba menyemangati dengan memaparkan secara singkat kalimat dan kasus yg berkaitan dengan materinya yang kemudian meminta kepada Bea untuk melanjutkan analisis, agar Bea bisa presentasi dengan baik. Trus tiba-tiba hening sebentar. Dan tetap dengan menunduk, Bea kembali bilang, "I don't know, I just didn't prepare my presentation well.." dengan suara gemetar.
Langsung bisa ketebak, Bea mulai mewek. Resmi nangis.
Anna pun gupuh, dan meminta Bea untuk duduk dan ngga usah khawatir. Seisi ruangan ikut bingung, Bu Afifah kemudian mengambil alih dengan bertanya ke Prof. Enders (dosen tata negara Univ Leipzig) mengenai public goods dalam konstitusi jerman itu sendiri dan Bu Afifah memberikan gambaran bagaimana di Indonesia. Sementara, Bea duduk di depan dan mulai sesenggukan.
Aku berinisiatif untuk memberikan tissue, karena tempat duduk ku cukup dekat dengan tempat presentasi. Toh sebelumnya di welcoming breakfast, kami sudah berkenalan dan ngobrol ringan. Sambil ngasih tissue, aku berbisik "Don't worry, don't be sad, everything's okay". Dia berterima kasih dengan lirih. Sebagai presentator, Bea diminta untuk tetep duduk di depan sampe waktu diskusi selesai.
Ngga lama setelah aku kembali duduk, tiba-tiba, "SROOOOTTT..!!"
Fiuh, maneh.
***
3 komentar:
Posting Komentar